Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Utang Derita

18 Juni 2024   06:22 Diperbarui: 18 Juni 2024   06:31 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Freepik/vecstock)

Utang Derita

Di negeri yang lapar, semuanya keriput dan tua,  
Sang Presiden berjalan tanpa sepatu,  
Bukan hanya tahta yang usang dan patah,  
Tapi harapan yang layu di mata yang lelah.

Tanah tandus meranggas, tak lagi berwarna,  
Setiap sudut kota berbisik lara,  
Bunga tak bersemi di taman yang gersang,  
Rakyatnya memandang dengan hati yang terbang.

Langit gelap menyelimuti suasana,  
Anak-anak kecil mainkan lagu duka,  
Dari lorong sempit hingga lapangan luas,  
Nyanyian pilu terdengar begitu keras.

Namun dalam kekurangan, ada kekuatan tersembunyi,  
Solidaritas menghangatkan jiwa yang dingin,  
Meski miskin harta, kaya akan cinta,  
Di negeri ini, setiap doa bersatu di udara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun