Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinopsis Cerita Pendek "The Little Frenchman and His Water Lots"

3 Juni 2024   06:45 Diperbarui: 3 Juni 2024   07:24 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita pendek "The Little Frenchman and His Water Lots. (Created by Bing Image Creator)

Karya George Pope Morris (1802-1864)

Mimpi Amerika Monsieur Poopoo

Cerita dimulai dengan kehidupan Monsieur Poopoo yang sederhana namun bahagia, seorang imigran asal Paris yang menjalankan toko mainan kecil di Chatham Street, New York. Dikenal ramah dan sopan, Poopoo sukses mengumpulkan tabungan sebesar lima ribu dolar dari hasil penjualannya. Namun, ketenangannya mulai terganggu saat ia mendengar kisah-kisah tentang kekayaan mendadak yang diperoleh tetangganya dari spekulasi tanah. Terinspirasi dan tidak puas dengan apa yang telah dicapainya, Poopoo memutuskan untuk menutup tokonya dan menjual semua asetnya untuk terjun ke dunia spekulasi tanah, sebuah bidang yang sama sekali baru baginya.

Dengan penuh harapan, Poopoo menghadiri lelang real estat besar-besaran di Merchants' Exchange, tempat dia membeli enam puluh lot tanah di Long Island dengan nilai yang dia percayai akan membawa keberuntungan. Dalam suasana lelang yang penuh harapan, Poopoo terpikat oleh cerita-cerita tentang keuntungan cepat dan besar. Namun, apa yang tampak sebagai peluang emas berubah menjadi kebingungan ketika ia menyadari bahwa lokasi tanah yang dibelinya ternyata berada di bawah air, di sebuah bagian dari East River, yang jauh dari ekspektasi keuntungan instan yang diimpikannya.

Realitas Pahit di Balik Mimpi

Ketika Poopoo menyadari bahwa tanah yang dibelinya tidak lebih dari area yang terendam air dan hanya dapat terlihat saat air surut, kebingungan dan kekecewaan mulai menyelimuti pikirannya. Dengan peta lithografi di tangan, yang menunjukkan tanah-tanah tersebut dalam bentuk yang rapi dan menarik, Poopoo pergi ke Long Island untuk melihat langsung investasinya. Namun, kenyataan yang ia temukan sangat berbeda; tanah yang seharusnya berpotensi besar itu tidak lebih dari wilayah banjir yang tidak memiliki nilai praktis atau estetika.

Setelah mencari kepastian, Poopoo meminta bantuan seorang petani lokal yang dengan sinis menawarkan untuk membawanya dengan perahu ke area yang seharusnya adalah tanah miliknya. Dengan penuh keheranan dan sedikit ketidakpercayaan, Poopoo mengikuti petani tersebut dan terkejut melihat bahwa seluruh investasinya kini adalah bagian dari East River. Keputusasaannya meningkat saat ia menyadari bahwa tanah-tanah yang dibeli dengan harapan mendapatkan kekayaan cepat, hanyalah mimpi buruk yang menenggelamkan modalnya.

Menghadapi realitas yang keras, Poopoo kembali ke kota dengan hati yang hancur dan pikiran yang bingung, bertekad untuk menuntut keadilan dari lelang yang menyesatkannya. Kesadaran bahwa ia telah tertipu dan investasinya hilang begitu saja, membawa Poopoo pada konfrontasi dengan lelang yang tidak hanya menolak untuk mengembalikan uangnya, tapi juga secara sinis menyarankan Poopoo untuk memanfaatkan "privilese air" yang sekarang ia miliki.

Kembali ke Titik Awal

Konfrontasi antara Poopoo dan sang pelelang berlangsung tegang. Poopoo, yang merasa dirugikan dan dikhianati, berusaha mendapatkan kembali uangnya atau setidaknya solusi atas masalah lot yang kini berada di bawah air. Sang pelelang, dengan sikap dingin dan sinis, menolak semua permintaan Poopoo, yang hanya meningkatkan frustrasi dan keputusasaan Poopoo. Dialog mereka mencapai puncak ketika pelelang menyarankan Poopoo untuk "pergi ke neraka" jika ia tidak puas, sebuah saran yang meninggalkan Poopoo tanpa harapan.

Dalam keadaan terpukul, Poopoo memutuskan untuk meninggalkan Amerika dan kembali ke Paris, kota yang pernah ia tinggalkan dalam pencarian mimpi Amerika yang lebih baik. Cerita berakhir dengan Poopoo yang kembali ke Paris hampir tanpa uang, sebuah ironi yang menyakitkan mengingat ia meninggalkan Paris dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih makmur di Amerika. Mimpi Amerika yang ia dambakan tidak hanya gagal terwujud, tapi juga meninggalkannya lebih buruk dari sebelumnya.

Kisah ini menutup dengan catatan tragis tentang harapan dan kegagalan, serta pemahaman bahwa tidak semua yang berkilau itu emas. Monsieur Poopoo, dengan semua usahanya yang sia-sia, menjadi simbol bagi banyak imigran yang mengejar mimpi Amerika namun terjebak dalam janji-janji palsu dan realitas yang pahit. Kisah ini mengingatkan kita semua untuk berhati-hati dengan janji cepat kaya dan pentingnya menerima dan menghargai apa yang sudah kita miliki.

***

Cerita pendek ini, meskipun memiliki tema yang serius mengenai mimpi dan kekecewaan, juga disajikan dengan sisi humor yang khas. Humor dalam cerita ini terutama bersifat ironis dan absurd, sering kali melalui interaksi karakter dan situasi yang tidak terduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun