Suatu ketika saya membaca satu tulisan berjudul "Siapa Sebenarnya yang Harus Digelisahkan?" yang ditulis oleh Prof Imam Suprayogo.Â
Hati saya tersentak.Â
Lagi-lagi, tulisan beliau itu selalu sederhana tetapi mengulas masalah dari dua sisi mata uang sekaligus, simbolis dan nominal.Â
Jauh dari perkiraan para pembacanya.Â
Tulisan beliau selalu menggugah untuk digunakan meneropong berbagai masalah-masalah yang lain.
Saya teringat dengan catatan saya beberapa waktu yang lalu.Â
Catatan itu berupa resume dari sebuah buku tentang bagaimana meraih sukses.Â
Bagaimana seorang sopir taksi yang bekerja 40 tahun tetapi masih tetap eksis, tentunya ada sesuatu hal yang menyebabkan demikian. Saya mencoba mengkaitkan hal ini dengan keharusan  memiliki rasa percaya diri yang besar.Â
Berikut catatan saya:
- Percaya diri, bahasa gaul yang sering kita ucapkan adalah 'PeDe'.Â
- Kita singkat saja menjadi PD, tapi bukan singkatan nama partai yang sekarang lagi diperhatikan rakyat Indonesia.
- Percaya diri itu ibarat cahaya yang menerangi jalan kita menuju sukses.Â
- Percaya diri harusnya dapat menunjukkan jalan berlubang dan bergelombang ketika kita berjalan menuju sukses.Â
- Percaya diri pula yang seringkali menunjukkan kita arti kebenaran itu seperti apa.Â
- Kebenaran itu ada di dalam diri kita, tetapi sering tidak kita sadari.Â
- Kebenaran tertutupi oleh nafsu, oleh keinginan untuk melaju dengan cepat tanpa memperhatikan rambu-rambu jalan.Â
- Seharusnya kebenaran merupakan batasan-batasan agar percaya diri tidak 'melenceng' dari tujuan yang ingin dicapai.
Bagaimana memperoleh percaya diri itu?