Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Analisis Cerpen "Laki-Laki Tua Tanpa Nama" Karya Budi Darma

22 Mei 2024   10:30 Diperbarui: 24 Mei 2024   21:32 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku kumpulan cerita pendek "Orang-orang Bloomington" karya Budi Darma (1980) mengisahkan kehidupan penduduk di Bloomington melalui tujuh cerita yang berbeda. 

Salah satu cerita yang paling menonjol dalam antologi ini adalah cerpen yang diberi judul "Laki-laki Tua Tanpa Nama".

Cerpen "Laki-laki Tua Tanpa Nama" tampaknya lebih cenderung ke arah ironi dan satire daripada sarkasme. 

Ironi hadir melalui penggambaran situasi dan tingkah laku para tokoh yang tidak selaras dengan norma-norma sosial yang diharapkan, seperti Ny. Nolan yang melempar hewan dengan batu tanpa rasa bersalah, atau Ny. Casper yang menunjukkan ketidakpedulian atas kematian suaminya. 

Kedua situasi ini mengungkapkan ironi tentang bagaimana harapan untuk empati dan rasa kemanusiaan dalam masyarakat sering kali terpatahkan oleh realitas yang keras dan tidak peduli.

Sementara itu, unsur satire dalam cerpen ini muncul melalui pengkritikan sifat-sifat tertentu dari masyarakat melalui perilaku karakter-karakternya. 

Misalnya, Ny. MacMillan yang membatasi komunikasi hanya melalui telepon mencerminkan keinginan untuk mempertahankan privasi dan batasan sosial yang ketat, menyoroti kecenderungan masyarakat yang semakin mengisolasi diri dan menjauh dari interaksi manusiawi.

Adapun sarkasme, yang cenderung lebih langsung mengejek atau menghina, tampaknya kurang terlihat dalam cerpen ini. 

Alih-alih menggunakan bahasa yang menghina, cerpen ini lebih banyak mengeksplorasi absurditas situasi dengan cara yang lebih halus dan reflektif.

Secara keseluruhan, cerpen ini memanfaatkan ironi dan satire untuk menggambarkan dan mengkritik aspek-aspek tertentu dari masyarakat, sambil menghadirkan kondisi-kondisi sosial yang paradoks dan sering kali mengecewakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun