Ironi
Ironi adalah alat sastra dan bentuk ekspresi yang menciptakan perbedaan antara harapan dan realitas, sering kali melalui situasi atau pernyataan yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi atau dimaksudkan.Â
Ironi sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karya sastra, sebagai refleksi dari situasi sosial atau politik yang penuh kontradiksi.
Sebagai contoh, kita bisa mengambil keadaan infrastruktur di beberapa daerah di Indonesia.Â
Di satu sisi, Indonesia dikenal dengan program pembangunan infrastruktur yang ambisius, yang sering diiklankan sebagai pencapaian modernisasi dan pembangunan nasional.Â
Namun, ironisnya, banyak daerah yang masih mengalami kesulitan akses ke fasilitas dasar seperti jalan yang layak atau jembatan yang aman.Â
Ini menciptakan sebuah ironi situasional: meskipun ada upaya dan investasi besar, realitas di lapangan sering kali tidak mencerminkan harapan atau janji-janji tersebut.
Ironi juga sering digunakan dalam dialog sehari-hari sebagai bentuk humor atau kritik sosial.Â
Misalnya, dalam percakapan tentang korupsi, seseorang mungkin berkomentar, "Ah, lagi-lagi proyek baru, pasti lebih banyak 'sumbangan' untuk rakyat."Â
Pernyataan ini secara ironis mengkritik praktik umum korupsi yang terjadi meskipun ada undang-undang dan regulasi yang seharusnya mencegahnya.Â
Ironi di sini bertindak sebagai alat untuk menyoroti kontradiksi antara hukum dan kenyataan, mempertanyakan integritas dan efektivitas sistem yang ada.