Ada empat subjek untuk membahas hubungan (chemistry) antara Mertua-Menantu, yaitu:
1. Menantu Lelaki dengan Mertua Lelaki
2. Menantu Perempuan dengan Mertu Perempuan
3. Menantu Lelaki dengan Mertua Perempuan
4. Menantu Perempuan dengan Mertua Lelaki.
Ketika membahasnya, kita perlu melakukan "penekanan khusus" pada subjek-subjek ini karena komunikasi antar gender dan usia itu ada perbedaan. Banyak artikel ilmiah yang membahas hubungan antar subjek tersebut. Mari kita bahas.
***
Komunikasi antara menantu dan mertua seringkali diwarnai dengan ketegangan dan kecanggungan yang tidak hanya berdampak pada individu terlibat, tetapi juga pada keseluruhan dinamika keluarga. Untuk memahami lebih dalam, mari kita bahas dua dari empat subjek yang Anda sebutkan, yaitu menantu lelaki dengan mertua lelaki dan menantu perempuan dengan mertua perempuan, dengan mengaitkan teori psikologi dan pendekatan yang relevan.
1. Menantu Lelaki dengan Mertua LelakiÂ
Hubungan antara menantu lelaki dan mertua lelaki sering kali dilihat sebagai hubungan yang penuh persaingan. Hubungan ini bisa menjadi arena bagi kedua pria untuk mempertahankan atau menegaskan dominasi dan kekuasaan mereka dalam keluarga. Ini bisa jadi karena masing-masing ingin menunjukkan kapasitasnya sebagai 'pemimpin' keluarga. Untuk mengurangi ketegangan, komunikasi yang efektif dan terbuka sangat penting. Menantu dan mertua harus menciptakan ruang dialog di mana kedua belah pihak dapat mengungkapkan harapan dan batasan mereka dengan jujur.
2. Menantu Perempuan dengan Mertua Perempuan
Hubungan antara menantu perempuan dan mertua perempuan sering kali lebih kompleks karena adanya persaingan generasional dan peran gender yang ditetapkan secara sosial. Konflik sering kali muncul dari ekspektasi dan tekanan yang saling bertentangan. Mertua perempuan mungkin memiliki ekspektasi tertentu mengenai cara menjalankan rumah tangga atau mendidik anak-anak yang bisa bertentangan dengan keinginan menantu perempuannya. Disinilah pentingnya penggunaan empati dan negosiasi. Memahami perspektif satu sama lain dan mencari titik temu bisa membantu mengurangi gesekan dan membangun hubungan yang lebih harmonis.
Dalam kedua kasus ini, menggunakan prinsip-prinsip komunikasi asertif, khususnya mengenai cara pengaruh dan persuasi, dapat sangat membantu. Menyadari bahwa tujuan akhir adalah harmoni keluarga, kedua belah pihak dapat belajar untuk mendekati situasi dengan niat untuk memahami dan mendukung, bukan untuk memenangkan argumentasi.