Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanamkan Nilai Spiritual dalam Pendidikan

30 April 2024   07:05 Diperbarui: 30 April 2024   07:15 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menanamkan nilai spiritual dalam pendidikan. (Freepik.com)

Pemisahan Dunia Material dan Spiritual

Di era modern, tren pemisahan aspek kehidupan ukhrawi (spiritual) dan duniawi (material) telah menjadi sebuah fenomena yang umum di kalangan intelektual. Konsep seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sosialisme, dan sekularisme telah menjadi bagian dari wacana intelektual yang luas, yang mendefinisikan cara pandang dan sistem nilai yang dianut oleh banyak orang. Perlu diakui bahwa setiap konsep ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan penting untuk tidak memandangnya sebagai entitas yang sempurna atau absolut.

Pemisahan ini mencerminkan pandangan yang lebih luas bahwa masalah spiritual dan material harus ditangani secara terpisah. Dalam konteks ini, banyak yang berpendapat bahwa urusan kehidupan ukhrawi tidak seharusnya mengganggu pemahaman dan pengelolaan dunia material. Namun, pendekatan seperti ini sering kali mengabaikan bagaimana nilai-nilai spiritual dapat memberikan panduan moral dan etika dalam menghadapi tantangan duniawi.

Di sisi lain, pemisahan yang tajam antara ukhrawi dan duniawi bisa menjadi problematis. Ketika intelektual dan masyarakat lebih luas hanya fokus pada pencapaian duniawi---seperti kekayaan, kekuasaan, dan kemajuan material---tanpa mempertimbangkan nilai-nilai spiritual, dapat timbul berbagai bentuk degradasi moral dan kekosongan spiritual. Sejarah telah menunjukkan bahwa ketika masyarakat mengabaikan dimensi spiritual, mereka cenderung menuju ke arah yang lebih materialistik dan kurang memperhatikan kesejahteraan bersama.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengakui bahwa konsep-konsep seperti liberalisme atau kapitalisme adalah produk pemikiran manusia yang tidak sempurna. Mereka bukan wahyu atau kebenaran mutlak yang harus diikuti secara buta. Dalam merenungkan dan menerapkan ide-ide ini, kita harus selalu kritis dan berusaha menimbang baik buruknya secara adil, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai spiritual yang mungkin memberikan kedalaman dan keseimbangan yang diperlukan dalam kehidupan kita.

Implikasi dalam Kehidupan Sehari-hari dan Pendidikan

Tren pemisahan antara urusan spiritual dan material tidak hanya relevan dalam diskusi teoretis atau filosofis tetapi juga memiliki implikasi praktis, terutama dalam konteks pendidikan dan nilai-nilai keluarga. Pertimbangkan misalnya, pendekatan umum dalam mendidik anak-anak yang sering kali terfokus pada pencapaian akademis di bidang ilmu seperti Kimia, Fisika, Matematika, dan Bahasa Inggris. Sementara ini adalah aspek penting dari pendidikan, seringkali kurikulum mengesampingkan pengajaran tentang nilai-nilai spiritual atau etika yang mendalam, yang sama pentingnya untuk pembentukan karakter anak.

Sebagai contoh, ketika seorang ayah mendorong anaknya untuk berprestasi tinggi di sekolah dengan tujuan agar mereka bisa 'berbakti pada orangtua', pertanyaan yang muncul adalah mengapa berbakti kepada orangtua penting? Apakah hanya untuk membahagiakan mereka di dunia ini? Pertanyaan ini menyoroti kebutuhan akan pemahaman yang lebih luas tentang nilai-nilai seperti kebajikan, tanggung jawab, dan keberlanjutan hubungan antarmanusia yang transcendsi hanya pencapaian material.

Lebih jauh, nilai berbakti pada orangtua, yang kerap diajarkan sebagai nilai universal dalam berbagai agama dan budaya, tidak berasal dari buku teks akademis tetapi dari pemahaman yang lebih mendalam tentang tatanan kehidupan yang seimbang dan beretika. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya sebatas transfer pengetahuan ilmiah tetapi juga pembentukan kebijaksanaan dan karakter yang seharusnya mengintegrasikan aspek ukhrawi dan duniawi.

Menghadapi masa depan yang semakin kompleks, kita membutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga kaya secara spiritual. Pendidikan harus menyediakan ruang bagi pertumbuhan holistik ini, di mana ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritual saling melengkapi. Ini akan membantu membentuk individu yang tidak hanya sukses dalam karirnya tetapi juga memiliki kekuatan moral dan etika untuk menghadapi tantangan dunia modern.

***

Sementara wacana pemisahan antara ukhrawi dan duniawi memang mendominasi banyak aspek kehidupan modern, kita harus berhati-hati untuk tidak kehilangan pandangan yang holistik. Pendidikan dan nilai-nilai keluarga harus mencerminkan integrasi antara pencapaian material dan pertumbuhan spiritual, memastikan bahwa kita membesarkan individu yang seimbang dan bertanggung jawab, yang mampu memimpin dengan bijaksana dan belas kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun