Realita Buram Investasi Properti
Dalam melihat realitas pasar properti yang terus mengalami kenaikan, rasanya sulit untuk tidak merasa skeptis terhadap ide memiliki rumah melalui KPR. Ya, kita sering mendengar bahwa memiliki rumah adalah investasi jangka panjang yang cerdas. Namun, dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti, prediksi ini berpotensi menjadi sebuah harapan kosong. Pertanyaannya adalah, apakah benar-benar bijaksana untuk mengikat diri dalam utang jangka panjang dengan cicilan bulanan yang membebani, hanya demi sebuah 'investasi' yang nilai kenaikannya pun tak pasti?
Cicilan KPR memang seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, membayar cicilan rumah setiap bulan bisa terasa seperti sedang membangun kekayaan. Di sisi lain, banyak dari kita yang menghabiskan sebagian besar penghasilan bulanan hanya untuk membayar bunga pinjaman yang, jika dihitung-hitung, membuat total pembayaran jauh lebih mahal dari nilai asli rumah. Belum lagi, risiko kehilangan rumah jika suatu saat tidak mampu lagi membayar cicilan, yang bisa saja terjadi akibat situasi ekonomi yang tak terduga.
Apakah benar rumah yang kita beli hari ini akan meningkat nilai jualnya lima atau sepuluh tahun ke depan? Atau, malah sebaliknya, kita terjebak dalam aset yang sulit dijual dengan harga yang tidak menguntungkan? Sejarah telah menunjukkan bahwa krisis ekonomi dapat datang secara tiba-tiba dan menurunkan nilai properti secara drastis, menjadikan argumen untuk KPR sebagai investasi jangka panjang menjadi sangat berisiko.
Mitos Kebebasan Ngontrak
Kita sering mendengar bahwa menyewa rumah atau apartemen memberikan fleksibilitas dan kebebasan, sebuah narasi yang terdengar manis di telinga banyak orang, terutama mereka yang belum siap untuk menetap atau yang kerap berpindah karena alasan pekerjaan. Namun, apakah fleksibilitas ini benar-benar sebebas yang dipercayai? Mempertimbangkan kenyataan bahwa setiap tahun atau dua tahun sekali, kita mungkin dihadapkan pada keharusan untuk memperbarui kontrak atau bahkan mencari tempat baru jika sang pemilik rumah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak atau meminta kenaikan sewa yang signifikan, fleksibilitas ini bisa jadi hanya ilusi.
Lebih jauh, ngontrak sering kali dipandang sebagai solusi sementara yang rasional bagi mereka yang belum mampu membeli rumah. Namun, jika kita melihat lebih dalam, biaya sewa yang terus menerus meningkat setiap tahun dapat mengikis kemampuan finansial seseorang dengan tidak memberikan kembali manfaat investasi dari biaya yang sudah dikeluarkan. Kita membayar untuk tempat tinggal sementara, namun tanpa memperoleh aset atau ekuitas apa pun. Di akhir kontrak, kita tidak memiliki apa-apa selain tumpukan kwitansi sewa.
Tentu, ngontrak mungkin tidak membebani kita dengan biaya perawatan properti besar atau pajak properti, namun apa arti 'hemat biaya' ini jika kita harus secara rutin mengalami ketidakpastian mengenai tempat tinggal kita? Kebebasan untuk pindah dengan mudah bisa menjadi beban tersendiri, dengan biaya pindah, risiko keamanan sewa yang tidak stabil, dan kesulitan menemukan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan kita di pasar sewa yang semakin mahal.
Dilema Keuangan Jangka Panjang
Melihat lebih jauh ke depan, berbicara tentang memilih antara ngontrak dan KPR sebenarnya adalah mengupas lapisan demi lapisan dilema keuangan yang mengintai jangka panjang. Di satu sisi, KPR menawarkan keamanan memiliki rumah sendiri, sebuah aset yang secara teoretis akan meningkat nilainya. Namun, di sisi lain, beban finansial jangka panjang dan risiko likuiditas yang terlibat bisa membebani kita dengan cara yang tidak kita antisipasi. Jika krisis finansial datang, apakah kita cukup tangguh untuk bertahan dari gelombang tersebut tanpa kehilangan rumah kita?
Di sisi lain, ngontrak mungkin tampak seperti opsi tanpa risiko besar, tapi pertimbangkan skenario di mana kita telah menyewa selama bertahun-tahun, mungkin bahkan dekade, dengan total biaya yang mungkin sudah cukup untuk membayar sebagian besar hipotek. Tanpa memiliki aset fisik di tangan, kita bisa menemukan diri kita di usia pensiun dengan sangat sedikit aset dan tanpa rumah. Dalam perspektif ini, ngontrak jangka panjang tidak hanya mengikis sumber daya finansial, tetapi juga keamanan jangka panjang.
Adakah solusi nyata untuk dilema ini? Mungkin pendekatan yang lebih realistis adalah mencari keseimbangan antara kedua opsi. Mungkin ini berarti menyewa sambil menabung dan berinvestasi dengan bijak di tempat lain, atau mungkin mengambil KPR tetapi dengan nilai yang jauh lebih rendah dari kemampuan maksimum pinjaman kita untuk mengurangi risiko. Kita perlu mendekati masalah ini dengan strategi yang mempertimbangkan kondisi ekonomi yang berfluktuasi, antisipasi terhadap perubahan personal dan profesional, serta pemahaman yang lebih dalam tentang apa artinya memiliki 'rumah'. Keputusan ini tidak hanya tentang tempat tinggal, tetapi tentang bagaimana kita merencanakan masa depan keuangan dan kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H