Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ketika Pagi Berbisik

25 April 2024   02:36 Diperbarui: 25 April 2024   03:21 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi takbir dan tahmid berpadu. (Freepik.com)

Ketika Pagi Berbisik

Ketika pagi berbisik,
di telinga hati yang masih lelap,
"Bangunlah, nikmati dunia!"
Aku terjaga, menyambut cahaya mentari---
tanda cinta Sang Pencipta.

Di atas sajadah,
takbir dan tahmid berpadu,
mengalun dalam rasa syukur---
untuk napas yang masih berhembus,
dan hari yang terentang luas.

Dalam segelas air yang jernih,
aku lihat refleksi wajah bahagia---
setiap tetes adalah karunia,
dari langit yang tak pernah pelit.

Di kebun, bunga-bunga berkata,
dengan warna-warni kelopak mereka:
"Kami pun bersyukur, dapat mempercantik dunia,
dengan izin-Nya, kami tumbuh dan bersemi."

Malam tiba, langit dipenuhi bintang,
semesta bergema dengan doa-doa,
dari ribuan umat yang mengucap syukur,
untuk hidup, cinta, dan kasih-Nya.

Tiada kata, cukup mampu,
mewakili rasa syukurku,
kepada-Mu, Ya Rabb, atas segala nikmat-Mu---
di bumi, di langit, di dalam jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun