Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Gema Hati yang Menua

24 April 2024   00:50 Diperbarui: 24 April 2024   00:56 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gema hati yang menua. (Freepik.com)

Gema Hati yang Menua

Di pojok ruang, ia duduk menggigil,  
tangan-tangan keriput memeluk lutut,  
mata jauh melirik ke luar jendela ---  
hari semakin suram, tak seorang pun menghampiri.

Suara TV menggema tanpa pendengar,  
di dinding, jam dinding berdetak lambat,  
berkisah tentang masa yang telah hilang ---  
masa ketika tawa dan langkah tak lelah mendengar.

Kini, hanya ada bisikan angin lusuh,  
yang membawa pesan dari mereka yang lupa,  
bahwa di setiap hela nafas yang rapuh,  
tersembunyi rasa rindu yang tak terkira.

Mari, jangan biarkan mereka tenggelam dalam sepi,  
rangkullah mereka dengan kehangatan cerita lama,  
karena setiap detik yang kita bagi,  
adalah obat bagi jiwa-jiwa yang sudah terlalu lama menanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun