Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Mimpi di Pinggir Jalan

23 April 2024   04:00 Diperbarui: 23 April 2024   05:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Freepik/freestockcenter)

Mimpi di Pinggir Jalan

Di sudut pasar tua kota ini,  
di mana jejak kaki bercampur debu,  
seorang tua dengan senyum lebar  
menjual mimpi-mimpi yang tak terucap.

Kardus-kardusnya penuh dengan harapan,  
matahari setiap hari menjilat luka-lukanya,  
tapi dia tetap bertahan,  
di pinggir jalan, ia berdiri sebagai monumen  
kegigihan yang tak kenal menyerah.

Kerut di wajahnya, peta jalan hidup,  
di setiap lipatan cerita perjuangan.  
Dia berbicara dalam bahasa yang hanya  
dipahami oleh mereka yang mendengar  
dengan hati, bukan hanya dengan telinga.

Anak-anak berlarian, mengejek waktu,  
sementara dia mengukir senyum pada kayu,  
membuat mainan dari sisa-sisa kayu bekas,  
setiap potongan adalah doa,  
setiap ukiran adalah asa.

"Mari, beli mimpi," katanya,  
"biarkan mereka menari dalam tidurmu." 
Di sini, di tepi kenyataan,  
dia menjual bukan hanya barang dagangannya,  
tapi jendela-jendela ke dunia yang lebih baik.

Langit semakin merah, lampu-lampu mulai menyala,  
dia mengumpulkan barang-barangnya,  
mungkin besok, akan ada yang membeli,  
mungkin besok, dunia akan lebih ramah  
bagi pemimpi yang terlupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun