Komodifikasi Hari Kartini
Di jaman sekarang ini,
Kartini telah menjadi merek,
dipajang di etalase-etalase hari besar,
di mana perjuangannya dijual
sebagai barang konsumsi.
Namun, di balik kemasan dan slogannya,
ada pertanyaan yang menggantung:
apakah kita telah melupakan,
apa arti sebenarnya
dari pengorbanan yang ia lakukan?
Kita bergumul dalam era
dimana segala sesuatu diukur dengan nilai pasarnya,
Kartini, oh Kartini,
harusnya lebih dari sekedar wajah
pada kertas ujian sekolah
atau kampanye iklan terbaru.
Pendidikan---kata yang sering diucapkan
seiring dengan namanya,
bukan hanya mengenang,
tetapi menghidupkan kembali
nilai-nilai yang ia perjuangkan:
emansipasi, pendidikan, pemberdayaan.
Dan setiap tahun, saat kita memperingatinya,
haruskah kita tidak lebih dari sekadar
menghias jalan dengan bendera dan spanduk,
tanpa benar-benar memahami esensinya?
Kita harus waspada,
agar tidak hanya menjadikannya simbol
tanpa substansi,
agar tidak kehilangan kesempatan
untuk melanjutkan apa yang telah dimulai
di tengah kebisingan pasar dan komersialisasi.
Di sinilah kita,
menghadapi tantangan menjaga warisan Kartini,
di tengah simbolisme yang menyesakkan---
memastikan bahwa sejarahnya
tidak hanya menjadi alat pemasaran,
tetapi sumber inspirasi yang terus hidup,
mendorong perubahan yang berarti
dalam kehidupan kita sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H