Episode 1: Senja dan Ketakutan
Pantai Balekambang selalu ramai di sore hari, namun hari ini tampak lebih meriah dengan deretan layang-layang yang menghiasi langit. Reza, anak berusia 10 tahun, berdiri di pinggir pantai, mengenakan kaos dan celana pendek, sambil menatap horison dengan rasa ragu yang mendalam. Ibu Reza, Widya, menghampirinya dengan senyum menggoda.
Widya: "Reza, lihat itu! Layang-layangnya lucu-lucu ya? Ada yang bentuknya seperti ikan lumba-lumba!"
Reza: (mengangguk, berusaha tersenyum) "Iya, Bu, lucu. Tapi... aku nggak yakin mau masuk ke air."
Widya: (duduk di pasir di samping Reza) "Kamu tahu, takut itu wajar, Nak. Tapi kadang, kita harus menghadapi ketakutan itu. Seperti layang-layang itu, terbang tinggi karena ada yang berani mengendalikannya."
Reza: "Tapi, Bu, aku bukan layang-layang. Dan air bukan angin yang bisa kukendalikan."
Widya:Â "Memang. Tapi kamu bisa belajar mengendalikan rasa takutmu, Reza. Ibu di sini bersamamu. Kita hadapi bersama, ya?"
Reza menarik nafas dalam-dalam, mencoba meresapi kata-kata ibunya. Dia tahu ibunya selalu ingin yang terbaik untuknya, meski terkadang itu terasa berat.
Widya: (berseloroh) "Ayo, kalau kamu masuk, ibu janji belikan es kelapa muda setelahnya."
Reza: (tersenyum tipis) "Es kelapa muda, ya? Hmm... Asyik sekali itu."
Widya: "Itu dia! Kan lebih baik daripada hanya duduk di sini dan melihat orang lain bersenang-senang."