Buku-buku yang telah selesai dibaca, terutama buku sekolah yang anak-anak sudah tidak gunakan, buku umum seperti majalah dan komik, serta buku referensi yang ilmunya telah kita serap, semuanya memiliki kesempatan kedua untuk bermanfaat bagi orang lain.Â
Memberikan buku-buku ini ke tetangga, saudara, atau bahkan menyumbangkannya ke perpustakaan desa, merupakan tindakan mulia yang memperpanjang umur dan nilai dari buku tersebut.Â
Ini bukan hanya tentang mengosongkan rak buku dari materi yang sudah tidak relevan atau dibutuhkan, tetapi lebih kepada membagikan ilmu dan cerita yang telah memberikan manfaat kepada kita.Â
Dengan demikian, rapi-rapi buku tidak hanya membuka ruang fisik di rumah kita, tapi juga memperluas wawasan dan kebaikan kita kepada komunitas yang lebih luas.
Rapi-rapi Barang Bekas: Meluangkan Ruang, Menjernihkan Pikiran
Barang bekas yang menumpuk seringkali luput dari perhatian sampai kita menyadari betapa banyak ruang yang mereka okupasi tanpa memberikan nilai atau fungsi yang signifikan.Â
Mulai dari peralatan elektronik lawas seperti televisi tabung, hingga kereta bayi dan tas-tas yang sudah jarang dipakai, semua barang ini menghabiskan ruang fisik dan mental kita.Â
Menyortir dan memilih mana yang akan dijual, disumbangkan, atau bahkan diberikan kepada tetangga yang membutuhkan, bukan hanya memberikan manfaat kepada mereka, tetapi juga bagi kita sendiri.Â
Proses ini tidak hanya mengosongkan gudang atau ruang penyimpanan dari barang-barang yang tidak lagi berguna, tapi juga membantu kita melepaskan diri dari kelekatan emosional yang berlebihan terhadap barang-barang tersebut.Â
Ini adalah langkah penting dalam menjernihkan pikiran dan hati, membebaskan kita dari beban masa lalu dan membuka ruang untuk kebahagiaan dan kemungkinan baru di masa depan.
***
Momen Lebaran, dengan segala tradisi dan kegiatan rapi-rapi rumah yang menyertainya, bukan hanya tentang kebersihan fisik, melainkan juga kejernihan mental dan emosional.Â