Dua monyet (A, B) sedang berjalan-jalan.Â
Tetiba monyet A berteriak, "liat tuh ada roti tergeletak".Â
Monyet B pandangannya mengarah ke sana, dengan gerak reflek yang tinggi, larilah dia ke roti tersebut dan diambilnya.Â
"Hore saya punya roti," kata monyet B.
Monyet A tak terima, merasa dia yang pertama kali melihat, berusaha merebut.Â
Terjadilah pertengkaran seru.
Di saat itu lewatlah monyet C. "Ada apa ini?".Â
Dengan nada tinggi, monyet A dan monyet B menyampaikan masing-masing argumentasi bahwa dirinya yang berhak atas roti tersebut.
"Hmmm, gini aja, aku bagi dua biar adil," kata monyet C.Â
Monyet A dan B setuju.Â
Lalu dibelah dua bagian oleh monyet C, Â ditimbang-timbanglah dengan kedua tangannya.Â
Merasa roti sebelah kanan lebih berat, maka digigit sedikit dan dimakannya.Â
Kemudian ditimbang-timbang lagi, merasa roti sebelah kiri lebih berat, digigit sedikit dan dimakannya lagi.Â
Begitu seterusnya, timbang kanan timbang kiri.
Akhirnya habislah roti tersebut dimakan monyet C.
Nah, begitulah kearifan monyet C serta kenaifan monyet A dan B.
----
Catatan: kbbi.web.id
naif/na*if/ a 1 sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (karena muda dan kurang pengalaman); sederhana: gambar-gambar -- penuh menghiasi dinding kamarnya; 2 celaka; bodoh; tidak masuk akal: -- nya, kerugian sebanyak itu hanya diganti sepertiga;
kenaifan/ke*na*if*an/ n perihal naif; keadaan naif: masyarakat Betawi banyak yang kecewa karena sinetron Betawi hanya mengeksploitasi keluguan dan ~ orang Betawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H