Kebahagiaan sering kali dipandang sebagai domain yang didominasi oleh mereka yang ekstrovert, dengan persepsi bahwa kepribadian ceria dan terbuka secara otomatis merangkul kebahagiaan dengan lebih mudah dibandingkan mereka yang introvert.Â
Namun, penelitian William Fleeson dkk. (2002) menawarkan pandangan yang lebih nuansir dan kompleks mengenai hubungan antara kepribadian introvert dan kebahagiaan.Â
Fleeson dkk. menemukan bahwa, meskipun introvert pada umumnya kurang bahagia dibandingkan ekstrovert, mereka mengalami peningkatan kebahagiaan saat bertindak lebih ekstrovert.Â
Temuan ini menantang pandangan stereotipikal tentang introvert dan menawarkan perspektif baru tentang bagaimana introvert dapat mendekati konsep kebahagiaan.Â
Penelitian ini tidak hanya memperluas pemahaman kita tentang kebahagiaan tetapi juga mengundang introspeksi tentang bagaimana individu dapat menavigasi dan menyesuaikan perilaku mereka untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis, tanpa mengorbankan keaslian diri.Â
Membongkar mitos bahwa introvert secara inheren kurang mampu menikmati kebahagiaan, penelitian Fleeson dkk. memberikan harapan dan strategi bagi mereka yang cenderung lebih tertutup untuk menemukan kebahagiaan mereka sendiri.
***
Kajian mengenai kebahagiaan dan kepribadian, khususnya antara introvert dan ekstrovert, telah menjadi topik hangat dalam psikologi kepribadian selama beberapa dekade.Â
Konsep yang dikemukakan Fleeson dkk. menawarkan wawasan yang berharga tentang dinamika internal yang memengaruhi rasa bahagia seseorang, terutama bagi mereka yang mengidentifikasi diri sebagai introvert.Â
Menurut Fleeson dkk., meskipun introvert mungkin secara alami cenderung merasa kurang bahagia dibandingkan ekstrovert, mereka tidak terkunci dalam keadaan ketidakbahagiaan yang tak terelakkan.Â
Sebaliknya, Fleeson dkk. menyarankan bahwa introvert dapat mengalami peningkatan kebahagiaan dengan berperilaku lebih ekstrovert, menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam ekspresi kepribadian dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kesejahteraan.
Penelitian Fleeson dkk. mengeksplorasi konsep "free traits," atau gagasan bahwa individu dapat bertindak bertentangan dengan disposisi kepribadian alami mereka untuk mencapai tujuan tertentu, termasuk peningkatan kebahagiaan.Â
Ini menyarankan bahwa, meskipun introvert mungkin memiliki kecenderungan alami untuk menyendiri dan merenung, mendorong diri mereka untuk terlibat dalam perilaku yang lebih ekstrovert---seperti berinteraksi secara sosial dan berpartisipasi dalam aktivitas kelompok---dapat meningkatkan perasaan bahagia mereka.
Namun, penting untuk dicatat bahwa mengejar kebahagiaan melalui ekstroversi bukan berarti introvert harus meninggalkan keaslian mereka atau berusaha menjadi seseorang yang tidak mereka.Â
Sebaliknya, hal ini tentang menemukan keseimbangan antara menjaga kebutuhan intrinsik untuk waktu tenang dan refleksi, sambil juga mengakui manfaat dari interaksi sosial dan kegiatan ekstrovert dalam dosis yang sehat.Â
Fleeson dkk. menekankan bahwa adaptasi perilaku ini tidak harus dilihat sebagai penolakan terhadap inti kepribadian seseorang, tetapi sebagai strategi adaptif yang memungkinkan untuk peningkatan kesejahteraan pribadi.
Salah satu aspek kritis dari penelitian ini adalah implikasinya terhadap cara kita memahami dan mendukung kebahagiaan introvert.Â
Dengan mengakui bahwa introvert dapat meningkatkan kebahagiaan mereka melalui tindakan yang lebih ekstrovert, kita dihadapkan pada peluang untuk merancang lingkungan dan situasi yang mendukung pertumbuhan dan eksplorasi kepribadian.Â
Ini termasuk menciptakan ruang aman bagi introvert untuk bereksperimen dengan perilaku ekstrovert tanpa tekanan atau penghakiman, serta menghargai keanekaragaman dalam ekspresi kepribadian sebagai bagian dari spektrum manusia yang lebih luas.
Mengutip pernyataan William Fleeson di Wall Street Journal, "Jika Anda introvert dan bertindak ekstrovert, Anda akan lebih bahagia. Tidak peduli siapa Anda, semuanya tentang apa yang Anda lakukan."Â
Kutipan ini menggarisbawahi pesan penting dari penelitiannya: bahwa kebahagiaan, sampai batas tertentu, berada dalam kontrol kita, terlepas dari disposisi kepribadian alami kita.Â
Dengan mengeksplorasi dan kadang-kadang menantang batasan kepribadian kita, kita dapat membuka jalan baru menuju kesejahteraan psikologis dan kebahagiaan yang lebih besar.
***
Memang, perjalanan mencari kebahagiaan adalah perjalanan yang unik dan pribadi, sangat berbeda untuk setiap individu.Â
Penelitian William Fleeson dkk. memberikan wawasan berharga bahwa introvert bisa mencapai kebahagiaan dengan mengeksplorasi perilaku ekstrovert, namun tanpa mengorbankan esensi diri mereka.Â
Ini menegaskan bahwa fleksibilitas dan adaptasi dalam ekspresi diri dapat menjadi kunci menuju kebahagiaan.Â
Penting bagi kita semua, baik introvert maupun ekstrovert, untuk menghargai dan merayakan keberagaman dalam perjalanan kita menuju kesejahteraan, meraih jati diri sambil terbuka terhadap pertumbuhan dan perubahan.Â
Dengan pendekatan yang seimbang dan introspektif, kita dapat menavigasi jalan menuju kebahagiaan dengan lebih bijaksana dan memuaskan.
Referensi
Fleeson, W., Malanos, A. B., & Achille, N. M. (2002). An intraindividual process approach to the relationship between extraversion and positive affect: is acting extraverted as" good" as being extraverted?. Journal of personality and social psychology, 83(6), 1409.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H