Di pagi yang ditempa hujan, Rafi dan Gita lari, Â
Trotoar basah bawah langit kelabu, tak pernah surut semangatnya. Â
Sepatu kets mereka ciptakan irama, di jalanan kota kecil berlari, Â
Di atas aroma tanah basah, bersama mereka temukan kedamaian hati.
Hujan deras sambut mereka di tepian hutan rimba, Â
Dedaunan basah berkilau bagai berlian, suara tetes air mendamaikan jiwa. Â
Meski suasana suram, semangat mereka tak pernah luntur, Â
Berlari melalui kabut pagi, menjelajahi jalan yang belum pernah terukur.
Tiba-tiba, suara gemerisik, misterius dan tak terduga, Â
Sosok berjubah muncul, mengucap bisikan yang dingin dan tajam. Â
"Melarikan diri tak akan menyelamatkanmu," katanya dengan suara serak, Â
Membawa mereka ke dunia lain, di mana jalan menjadi labirin ketakutan.
Dalam perjuangan melawan ilusi, mereka hadapi ketakutan dalam diri, Â
Sosok berjubah itu menonton, sementara hujan turun menjadi melodi. Â
Rafi dan Gita temukan kekuatan dalam ikatan, Â
Menyadari bahwa dalam menghadapi ketakutan, bersama mereka tak terkalahkan.
Setelah cobaan berlalu, hujan menjadi gerimis yang menyegarkan, Â
Hutan kembali menjadi surga, misteri sosok itu tetap tak terungkap. Â
Beberapa misteri memang sebaiknya dibiarkan, Â
Bersama, mereka menghadapi yang tidak diketahui, dan bersama menjadi lebih kuat.
Malang, 10 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H