Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebebasan, Kebahagiaan, dan Keutuhan Diri

23 Januari 2024   10:27 Diperbarui: 23 Januari 2024   10:29 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebebasan, kebahagiaan dan keutuhan diri. (Freepik/yanalya)

Kebebasan, sebuah kata yang seringkali diucapkan, namun jarang sepenuhnya kita pahami. Banyak yang menganggap kebebasan sebagai kemampuan untuk melakukan apapun yang diinginkan, tanpa batasan atau rintangan. Namun, kebebasan sejati jauh lebih mendalam dari sekadar kebebasan bertindak. Ini adalah kebebasan untuk memilih bagaimana kita memberi makna dan nilai pada setiap aspek kehidupan kita.

Dalam perjalanan pencarian makna hidup, kita sering kali tersesat dalam hiruk-pikuk dunia yang penuh dengan tuntutan dan ekspektasi. Masyarakat seakan-akan memprogram kita untuk mengikuti sebuah jalur yang telah ditetapkan: pendidikan, karier, dan pencapaian-pencapaian lain yang dianggap sebagai tolak ukur kesuksesan. Namun, apakah itu benar-benar esensi dari kehidupan yang bermakna? Atau hanya sekedar bayangan dari kebebasan yang sesungguhnya?

Kita percaya bahwa pencarian makna adalah perjalanan internal, di mana kita harus menemukan keberanian untuk mempertanyakan dan, pada akhirnya, mendefinisikan ulang nilai-nilai yang telah diterima begitu saja dari masyarakat. Kebebasan sejati ditemukan dalam penerimaan diri sendiri, dengan segala keunikannya, dan keberanian untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai tersebut, meskipun berbeda dari norma-norma yang ada.

Perenungan ini bukanlah tentang menolak norma sosial secara keseluruhan, melainkan tentang menggali lebih dalam untuk menemukan apa yang benar-benar memberi makna pada hidup kita sebagai individu. Kebebasan itu bukan tentang 'saya bisa melakukan apapun', melainkan 'saya bisa menjadi diri saya yang sejati'. Ini adalah perjalanan untuk membebaskan diri dari rantai ekspektasi dan menemukan kebahagiaan dalam keautentikan diri.

Dalam proses ini, kita mungkin menemukan bahwa apa yang sejatinya memberi kita kepuasan dan kebahagiaan seringkali tidak terletak pada pencapaian luar biasa atau pujian dari orang lain, melainkan pada momen-momen sederhana yang penuh dengan kehadiran dan kesadaran sejati. Kebebasan untuk memilih jalur kita sendiri, untuk mencintai, berkreasi, dan berkontribusi dengan cara yang paling sesuai dengan esensi diri kita, itulah mungkin esensi dari hidup yang bermakna.

***

Melanjutkan perenungan tentang kebebasan dan pencarian makna, coba kita arahkan fokus pada pencarian kebahagiaan dan keutuhan diri. Kebahagiaan sering dianggap sebagai tujuan akhir dalam hidup, tetapi sebenarnya ia lebih merupakan sebuah perjalanan daripada destinasi. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh dari pencapaian luar atau penerimaan sosial, melainkan dari kedalaman pemahaman dan penerimaan diri.

Dalam perjalanan ini, konsep keutuhan diri menjadi penting. Keutuhan diri bukan berarti kesempurnaan, melainkan penerimaan atas keunikan diri, termasuk segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Ini adalah tentang mengintegrasikan semua aspek diri -- baik yang kita sukai maupun yang kita tolak -- menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dalam proses integrasi ini, kita sering kali menemukan hikmah dan kekuatan dalam aspek-aspek diri yang sebelumnya dianggap sebagai kelemahan.

Kunci untuk mencapai kebahagiaan dan keutuhan ini terletak pada kesadaran diri. Kesadaran diri adalah proses berkelanjutan untuk mengenal, memahami, dan menerima diri kita sepenuhnya. Ini melibatkan eksplorasi mendalam terhadap nilai-nilai, keyakinan, emosi, dan motivasi kita. Dengan kesadaran diri, kita dapat mengarahkan kehidupan kita dengan lebih bijaksana dan autentik, bukan sekedar bergerak mengikuti arus atau tuntutan eksternal.

Terkadang, pencarian ini mengharuskan kita untuk melepaskan apa yang kita anggap sebagai 'kebenaran mutlak' atau 'cara yang benar' yang ditanamkan oleh lingkungan atau budaya. Ini adalah tentang membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan baru dan membiarkan diri kita tumbuh dan berkembang dalam cara-cara yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun