Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketidaktahuan, Biaya Sosial dan Pendidikan

22 Januari 2024   22:15 Diperbarui: 22 Januari 2024   22:20 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketidaktahuan. (Freepik/KamranAydinov)

Ketidaktahuan sering kali dianggap sebagai ketidakberdayaan yang tidak terhindarkan, tetapi dalam realitasnya, itu adalah pilihan yang mahal. Filsuf Yunani kuno, Socrates, pernah berkata, "Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa," yang mencerminkan pengakuan akan pentingnya kesadaran diri dalam pengetahuan. Ini membawa kita ke teori pendidikan yang dikembangkan oleh John Dewey, yang menekankan pada pembelajaran melalui pengalaman dan refleksi kritis. Dewey percaya bahwa pendidikan bukan hanya penerimaan informasi, tetapi proses aktif menggali pengetahuan dan pemahaman.

Ketidaktahuan bukan hanya kerugian individu, tetapi juga biaya sosial. Ketika masyarakat gagal mendidik warganya, mereka bukan hanya menghasilkan individu yang kurang informasi, tetapi juga masyarakat yang kurang berdaya. Ini terlihat dalam konsep 'miskin informasi' yang diperkenalkan oleh Paulo Freire, yang mengkritik sistem pendidikan yang hanya mementingkan penyetoran pengetahuan tanpa mengembangkan pemikiran kritis.

Lebih lanjut, ketidaktahuan mengenai isu-isu sosial, ekonomi, dan politik dapat mengakibatkan keputusan yang tidak hanya merugikan individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, pemilih yang tidak terinformasi dapat mempengaruhi arah kebijakan publik yang tidak mendukung kepentingan umum. Dalam konteks ini, pendidikan menjadi alat penting untuk mengembangkan wawasan dan kemampuan kritis yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana.

Pendidikan, dalam arti luas, adalah proses pembebasan dari belenggu ketidaktahuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa Anda gunakan untuk mengubah dunia." Hal ini menggarisbawahi bahwa melalui pendidikan, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk menerapkannya secara efektif dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Dengan demikian, ketidaktahuan bukan sekadar kekurangan informasi, tetapi kegagalan dalam memanfaatkan potensi penuh dari pendidikan sebagai alat transformasi diri dan masyarakat. Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga tanggung jawab yang harus diemban oleh setiap individu demi kebaikan bersama.

***

Pendidikan memiliki peran sentral dalam mengatasi ketidaktahuan dan membangun fondasi bagi masyarakat yang berpengetahuan. Menurut teori pendidikan progresif, seperti yang dikembangkan oleh John Dewey, pendidikan harus memfasilitasi pertumbuhan pribadi dan sosial, bukan hanya penghafalan informasi. Hal ini mendukung gagasan bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata dan mendorong pemikiran kritis serta pemecahan masalah. Ketika individu dilengkapi dengan kemampuan ini, mereka menjadi lebih resisten terhadap manipulasi dan lebih mampu membuat keputusan yang informasi dan bertanggung jawab.

Selain itu, pendidikan juga memainkan peran kunci dalam demokrasi. Seperti yang diungkapkan oleh filsuf Jerman, Immanuel Kant, dalam teori pencerahannya, pendidikan adalah sarana untuk membawa manusia keluar dari ketidaktahuannya sendiri. Dalam konteks demokrasi, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan warga negara yang mampu berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam kehidupan masyarakat. Ini menekankan pentingnya pendidikan sipil dalam membangun fondasi bagi masyarakat yang terinformasi dan berpartisipasi.

Dalam era globalisasi dan informasi, tantangan pendidikan menjadi semakin kompleks. Filsuf kontemporer seperti Jrgen Habermas menekankan pentingnya diskursus publik dalam masyarakat demokratis. Dalam konteks ini, pendidikan harus membekali individu dengan keterampilan untuk memilah informasi yang benar dan relevan, serta mengembangkan pemahaman interkultural dan empati. Hal ini sangat penting untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan konflik sosial.

Akhirnya, pendidikan harus diakses oleh semua lapisan masyarakat. Akses yang merata ke pendidikan berkualitas adalah prasyarat untuk mengatasi ketimpangan sosial. Teori pendidikan kritis, seperti yang dikemukakan oleh Paulo Freire, menekankan pentingnya pendidikan yang emancipatif, yang tidak hanya mengajarkan konten, tetapi juga mengkritik struktur sosial yang mendasarinya. Pendidikan harus menjadi alat untuk mengatasi ketidakadilan dan membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

Dengan demikian, pendidikan tidak hanya melawan ketidaktahuan, tetapi juga memperkuat fondasi bagi masyarakat yang berpengetahuan, kritis, dan adil. Ini adalah investasi terpenting yang dapat dilakukan masyarakat untuk masa depannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun