Dari sudut pandang sosiologi, kerumitan atau kompleksitas (complexity) dalam masyarakat sering kali dianggap sebagai hambatan, namun sebenarnya dapat menjadi sumber inovasi dan kemajuan.Â
Emile Durkheim, seorang sosiolog klasik, melalui teorinya tentang pembagian sosial kerja, menjelaskan bagaimana kompleksitas dalam masyarakat modern memungkinkan spesialisasi dan ketergantungan.Â
Durkheim berpendapat bahwa kompleksitas ini menghasilkan "solidaritas organik," di mana perbedaan peran dan fungsi dalam masyarakat menghasilkan ketergantungan yang lebih besar antara individu, berbeda dengan "solidaritas mekanik" yang ditemukan dalam masyarakat tradisional.
Dalam kerangka konseptual ini, kompleksitas tidak hanya dianggap sebagai hambatan tetapi juga sebagai pemicu kerjasama sosial dan kreativitas.Â
Masyarakat yang kompleks menghadapi tantangan yang memerlukan solusi kreatif, mendorong inovasi dalam teknologi, organisasi sosial, dan cara berpikir.Â
Kompleksitas ini, sebagaimana disebutkan oleh Durkheim, juga memperkuat integrasi sosial melalui peningkatan ketergantungan antara individu dan kelompok.
Dari sudut pandang metafisika, kompleksitas sering kali dianggap sebagai sesuatu yang harus disederhanakan untuk memahami esensi fenomena.Â
Namun, filsuf seperti Friedrich Nietzsche berpendapat bahwa kompleksitas dan kontradiksi adalah bagian intrinsik dari kehidupan dan realitas.Â
Nietzsche menekankan pentingnya menerima kompleksitas dan kontradiksi ini sebagai bagian dari proses penciptaan makna dan nilai.Â
Dalam "Genealogi Moral," Nietzsche menggali bagaimana nilai-nilai moral berkembang melalui proses sejarah yang kompleks, menunjukkan bagaimana kompleksitas sosial dan moral membentuk pemahaman kita tentang baik dan buruk.