Pada akhirnya, penanganan masalah bunuh diri di kalangan mahasiswa memerlukan pendekatan proaktif dan multidisiplin. Dosen, sebagai bagian dari sistem pendidikan, perlu mendukung inisiatif ini tetapi tidak boleh dijadikan kambing hitam untuk masalah yang jauh lebih besar dan kompleks. Kerja sama antara dosen, staf, mahasiswa, dan masyarakat umum diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dan keberhasilan akademik mahasiswa.
Melalui pandangan ini, saya ingin menekankan bahwa penanganan isu seperti bunuh diri di kalangan mahasiswa adalah tanggung jawab bersama dan tidak bisa disalahkan pada satu pihak saja. Selain itu, kita harus mengakui bahwa institusi pendidikan tinggi adalah sistem yang kompleks dengan banyak faktor yang memengaruhi kesejahteraan mahasiswa.
Meningkatkan kualitas komunikasi antara dosen dan mahasiswa juga dapat menjadi langkah penting. Membangun hubungan yang lebih terbuka dapat membantu mahasiswa merasa lebih dihargai dan mengurangi kesalahpahaman atau persepsi negatif terhadap dosen. Dosen juga harus didorong untuk mengambil peran yang lebih mirip pembimbing, membimbing mahasiswa melalui tantangan akademik dan pribadi mereka dengan cara yang mendukung dan konstruktif.
Selanjutnya, penelitian perlu dilakukan untuk memahami dinamika tekanan akademik dan dampaknya terhadap kesehatan mental mahasiswa. Data empiris dan analisis yang cermat akan memberikan dasar yang kuat untuk kebijakan dan intervensi. Dengan memahami dengan mendalam bagaimana dan mengapa tekanan akademik memengaruhi mahasiswa, universitas dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk mencegah hasil yang tragis.
Mengadvokasi perubahan dalam kebijakan pendidikan tinggi juga penting. Ini mungkin melibatkan meninjau kebutuhan akan sistem penilaian yang lebih beragam, yang tidak hanya berfokus pada ujian dan nilai, tetapi juga mengakui pembelajaran berbasis proyek, kolaborasi, dan kreativitas.
Penting juga untuk mempertimbangkan bahwa "dosen killer" mungkin memiliki harapan yang tinggi bukan untuk menyulitkan kehidupan mahasiswa, tetapi untuk mendorong mereka mencapai potensi terbaik mereka. Dalam hal ini, komunikasi tentang tujuan dan harapan pendidikan dapat membantu mengklarifikasi niat dan mengurangi kesalahpahaman.
***
Masalah seperti bunuh diri mahasiswa tidak dapat disederhanakan menjadi satu penyebab seperti keberadaan "dosen killer." Sebaliknya, ini adalah masalah multidimensional yang memerlukan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi. Dari pelatihan kesehatan mental hingga kebijakan pendidikan yang lebih inklusif dan manusiawi, setiap aspek lingkungan universitas sebaiknya dianggap sebagai kontribusi terhadap solusi. Dengan mendekati masalah ini secara bersama-sama dan dengan empati, komunitas akademik dapat bekerja untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan dan keberhasilan mahasiswa dalam semua aspek kehidupan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H