Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Tiga Pembual dan Janji-janji Manis Politik

23 Oktober 2023   06:16 Diperbarui: 23 Oktober 2023   06:31 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga anak, A, B, dan C, sedang berdebat dan mengutarakan cita-citanya masing-masing.

A menyatakan ingin menjadi seorang petani hebat, dia akan menghasilkan pisang sebesar Tugu Monas.

B tidak mau kalah, dia akan menjadi pengusaha alat-alat dapur.

A dan C menertawakan bahwa itu profesi yang rendah.

Tetapi B berusaha meyakinankan bahwa dia akan membuat wajan penggorengan sebesar stadion Jakarta International Stadium (JIS).

A dan C kaget, buat apa kau buat wajan sebesar itu B?, B menjawab untuk membuat pisang goreng dari pisang A yang sebesar Tugu Monas tadi.

C tidak mau kalah, tapi kira-kira C mau jadi apa dan apa yang akan dikerjakan untuk menyaingi A dan B?

C tersenyum tipis dan dengan percaya diri berkata, "Kalau begitu, aku akan menjadi ahli es krim terkenal di seluruh dunia! Aku akan membuat es krim rasa pisang dengan cone es krim sebesar Menara Eiffel."

***

Ketika kita pertama kali mendengar kisah tiga anak pembual - A, B, dan C di atas, mungkin yang pertama kali muncul dalam benak kita adalah tawa. Bagaimana mungkin ada pisang sebesar Tugu Monas, wajan seukuran Jakarta International Stadium (JIS), atau bahkan cone es krim sebesar Menara Eiffel? Namun, jika kita melihat lebih dalam, ada hikmah filosofis yang dapat ditarik dari kisah lucu ini. Cerita ini, meskipun muncul sebagai bualan anak-anak, sebenarnya menjadi representasi dari realitas pahit yang sering kali kita jumpai dalam kehidupan politik modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun