Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Debat di Dunia Maya, Perang atau Damai?

7 Oktober 2023   20:20 Diperbarui: 10 Oktober 2023   12:53 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menghujat lewat dunia maya. (Sumber: Shutterstock/UV Green via kompas.com)

Suatu ketika, seorang mahasiswa (mahasiswa A) menge-tweet: "Ada beberapa mahasiswa di kampus ini yang mendukung tokoh X. Ini adalah kegagalan dari institusi kita."

Seorang mahasiswa lainnya (mahasiswa B) merasa tersinggung karena dia adalah pendukung fanatik tokoh X dan memulai perang di Twitter. Namun, mahasiswa A merespons dengan tenang, "gimana kalau begini bro, kamu balas tweet saya."

Menyetujui, mahasiswa B kemudian menge-tweet, "Banyak mahasiswa di kampus ini yang mendukung tokoh Y. Ini adalah keberhasilan dari institusi kita."

Ketika mereka bertemu di kampus, mereka berjabat tangan dan berpelukan dengan damai...

Di era digital saat ini, pertempuran pendapat seringkali tidak lagi terjadi di domain publik nyata melainkan di alam maya yang sangat luas. 

Namun, alam ini seringkali dipenuhi dengan emosi yang membara, dendam yang mendalam, dan perbedaan pandangan yang tajam. 

Di era teknologi digital ini, satu tweet memiliki potensi untuk memicu konflik pendapat, memberi tekanan pada hubungan, dan bahkan menyebabkan polarisasi. 

Namun, cerita dari dua mahasiswa ini, A dan B, mengingatkan kita bahwa kita masih bisa memilih jalan damai dalam konfrontasi online.

Sebagai mahasiswa, A tidak ragu untuk mengungkapkan pendapatnya di media sosial. Dengan latar belakang pendidikan tingginya, dia merasa perlu untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap mahasiswa yang mendukung tokoh X. 

Bagi A, ini adalah kegagalan dari lembaga pendidikannya. Mungkin A percaya bahwa kampusnya harus mengajarkan pemikiran kritis yang berbeda dari pendukung fanatik tokoh X.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun