Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Keruh itu Baik: Refleksi tentang Ketidakpastian dan Keaslian

27 September 2023   05:54 Diperbarui: 27 September 2023   05:55 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memancing di air keruh. Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay 

Air keruh, sebuah lambang ambiguitas dan misteri, memancing rasa ingin tahu dan sekaligus kebingungan di benak kita. Ketika peribahasa mengatakan "jangan memancing di air keruh," kita dihadapkan pada dua paradoks: pertama, mengapa air yang keruh dihindari dan dianggap kurang baik? Kedua, apa sebenarnya yang kita cari dalam kejernihan?

Dalam dunia yang semakin kompleks, di mana air jernih menjadi semakin langka, kita harus mempertanyakan asumsi lama kita tentang kebenaran dan ketidakpastian. Banyak dari kita telah terjebak dalam pencarian akan kesempurnaan dan kepastian, seringkali mengabaikan keindahan yang tersembunyi di balik keruhnya kehidupan.

Memang, di mana kita akan menemukan air bening dengan ikan yang siap dipancing? Di zaman serba instan dan permukaan, mungkin sulit untuk melihat lebih dalam dan mengakui keruhnya realitas. Aquarium di ruang keluarga mungkin menawarkan kejernihan, namun apakah itu mencerminkan keaslian? Di balik jernihnya air aquarium, adakah cerminan dari realitas alam yang sebenarnya, atau hanyalah sebuah ilusi yang dibuat-buat?

Ada ironi dalam memandang memancing sebagai hobi atau cara buang waktu. Mungkin, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar mencari ikan. Memancing, dalam esensinya, adalah pencarian akan sesuatu yang tak terlihat, sebuah renungan akan misteri di balik air keruh. Mungkin, di balik air keruh itu, kita sebenarnya sedang mencari pemahaman tentang diri kita sendiri, tentang esensi keberadaan kita.

Saat kita mencari alasan untuk melarang atau mendorong suatu tindakan, kita seringkali terjebak dalam binaritas hitam dan putih, jernih dan keruh. Namun, mungkin saatnya kita merenungkan keruhnya air sebagai simbol dari ketidakpastian yang sebenarnya memperkaya pengalaman kita sebagai manusia. Membuat air menjadi keruh mungkin bukanlah tindakan merusak, melainkan suatu bentuk apresiasi terhadap kompleksitas kehidupan.

Jadi, mengapa kita terus menerus mencari kejernihan dalam dunia yang keruh? Mungkin karena kita takut akan ketidakpastian. Namun, adalah saatnya kita menyadari bahwa keruhnya air adalah cerminan dari realitas kita, sebuah dunia yang penuh dengan nuansa abu-abu, dan bukan sekadar hitam dan putih. Dan mungkin, di balik keruhnya air, kita akan menemukan kebenaran yang lebih mendalam tentang diri kita dan dunia ini.

Dalam kontemplasi tentang air keruh, kita diajak untuk merenungkan arti kehidupan yang sebenarnya. Daripada menghindarinya, mari kita peluk keruhnya air dan semua misteri yang ditawarkannya. Karena mungkin saja, di balik ketidakpastian dan keruhnya air, kita akan menemukan kebenaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri kita dan alam semesta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun