Bahaya Alat Parafase dan Plagiarisme dalam Dunia Akademik
Suatu hari, awal Juli 2021, di dalam sebuah ruang kerja di Lembaga Penelitian Air TG Masaryk di Praha, Republik Ceko, Libor Ansorge mengundang dua rekannya, Klra Ansorgeov dari Fakultas Sains, Universitas Charles Praha dan Mark Sixsmith dari Fakultas Ilmu Lingkungan, Universitas Ilmu Hayati Ceko Praha, untuk duduk bersama mendiskusikan tentang integritas akademik di era digital saat ini.
Mereka membahas dengan serius tentang sebuah dunia di mana menulis akademik semakin sulit dipercayai, tempat di mana alat-alat parafase memfasilitasi pelanggaran norma kejujuran akademik. Tak lama setelah itu, mereka bereksperimen, mereka larut dalam eksperimen "dunia plagiarisme" melalui alat-alat parafase, sebuah dunia yang mungkin asing bagi banyak orang, tetapi tidak bagi mereka.
Seperti yang dijelaskan oleh Ansorge dan timnya, era modern telah memudahkan para peneliti untuk menggunakan alat-alat seperti penulisan ulang teks atau pemintalan teks. Namun, dengan kemudahan ini datang tantangan-tantangan etika. Integritas dan orisinalitas dalam menulis akademik harus tetap dijaga, tetapi alat-alat ini, yang awalnya dirancang untuk membantu, telah menjadi jalan pintas bagi banyak individu.
Dari penuturan mereka, saya membaca tentang terminologi yang membingungkan seperti "pendidikan air" yang digunakan bergantian dengan "literasi air," itu mengingatkan pada cerita rakyat yang sering diterjemahkan dengan berbagai versi, yang mengaburkan makna aslinya.Â
Seperti halnya dengan "kesejahteraan air" dan "keamanan air," yang mungkin tampak serupa tetapi membawa nuansa yang berbeda. Kesalahan seperti ini mencerminkan kurangnya pemahaman yang mendalam, seolah-olah ada sebuah mesin yang mencoba meniru pekerjaan manusia tanpa benar-benar memahami inti dari kata-kata tersebut.
Mereka kemudian melanjutkan eksperimen dengan membandingkan teks yang diplagiat dengan artikel aslinya. Ini adalah langkah yang menarik, dan hasilnya sangat mengagumkan. Seperti seorang detektif yang membandingkan sidik jari, tim ini berhasil menemukan pola kesamaan antara teks yang dipergunakan dan teks asli. Namun, secara ironis, adalah kesalahan dan ketidaksesuaian yang justru mengungkapkan kebenaran. Dengan lebih dari 800 perbedaan yang ditemukan, jelas bahwa si pembajak telah mencoba mengubah banyak aspek, tetapi masih banyak kesalahan yang tetap mencolok.
Oleh karena itu, apa konsekuensi dari semua fenomena ini bagi masyarakat ilmiah? Sudah jelas bahwa kita perlu meningkatkan kesadaran tentang bahaya alat-alat parafase dan potensi mereka untuk memfasilitasi plagiarisme. Para profesional pendidikan, para peneliti, dan pihak berwenang editorial diwajibkan untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan mencegah bentuk-bentuk kecurangan semacam ini. Meskipun alat-alat parafase dapat berguna jika digunakan dengan benar, tanpa integritas, mereka dapat merusak reputasi dan kredibilitas komunitas ilmiah.
Ansorge dan timnya telah memberikan kontribusi yang sangat berharga melalui penelitian mereka. Mereka tidak hanya menyoroti masalah yang ada, tetapi juga memberikan panduan bagi para profesional akademik untuk mengatasi masalah ini. Di dunia di mana integritas dan kejujuran semakin terpinggirkan, penelitian seperti ini menjadi sangat penting.
Menutup pembacaan saya melalui karya Ansorge dan timnya, saya termotivasi untuk lebih berhati-hati dalam pekerjaan akademik saya sendiri dan untuk selalu menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Setiap peneliti harus memahami pentingnya orisinalitas dan keberlanjutan dalam menulis akademik. Pesan yang jelas dari karya ini adalah bahwa plagiarisme melalui alat parafase bukan hanya masalah teknis, tetapi juga masalah etika yang mendalam.