Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Soal Pilihan Ganda Masih Diperlukan

20 September 2023   19:09 Diperbarui: 20 September 2023   19:45 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini yang disampaikan oleh Tunjung Eko Wibowo dalam artikel "Menghapus Pilihan Ganda Menjadi Esai, Lompatan Ide dalam Kurikulum Merdeka?", sepertinya mendukung pendapat Maudy Ayunda tentang menghapus pilihan ganda dalam ujian dan menggantinya dengan soal esai. Hampir sepuluh tahun saya terlibat sebagai panitia pusat SPAN-UMPTKIN (2010-2020) dan juga delapan tahun sebagai guru (1990-1998), saya memiliki argumen yang berbeda. Pada opini yang ditulis oleh Tunjung EW, ada beberapa catatan yang perlu digarisbawahi, yaitu:

Pertama, Tunjung EW sepertinya hanya mempertimbangkan satu sisi dari perdebatan ini, yaitu keunggulan soal esai dibandingkan pilihan ganda. Meskipun soal esai dapat mendorong siswa/mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dan mendalam, dia tampaknya mengabaikan beberapa aspek penting. Misalnya, dia tidak membahas bagaimana soal esai dapat memakan waktu lebih lama dalam pemberian nilai, yang dapat menghambat efisiensi dalam penilaian.

Kedua, Tunjung EW juga tidak mempertimbangkan perbedaan dalam kemampuan menilai dan mengoreksi soal esai. Dalam praktiknya, mengoreksi soal esai bisa menjadi tugas yang sangat subjektif dan memakan waktu, terutama jika jumlah siswa banyak. Dia juga tidak membahas bagaimana masalah subjektivitas dalam penilaian dapat menjadi kendala dalam adopsi soal esai.

Ketiga, Tunjung EW mencoba mengaitkan penggunaan soal pilihan ganda dengan menurunnya minat literasi di negara tersebut tanpa memberikan bukti konkret. 

Hal ini bisa menjadi generalisasi yang kurang kuat, karena banyak faktor yang memengaruhi minat literasi, termasuk faktor budaya, lingkungan, dan pendidikan secara keseluruhan.

Dalam hal ini, pendapat saya lebih condong kepada pendekatan yang seimbang. Penggunaan kombinasi soal pilihan ganda dan soal esai dalam ujian dapat memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan, termasuk kemampuan analitis dan pemahaman konsep.

Penting untuk mempertimbangkan manfaat dan kelemahan dari kedua jenis soal ini serta mengintegrasikannya dengan bijak dalam kurikulum pendidikan. 

Selain itu, peningkatan pendidikan tidak hanya tergantung pada jenis soal ujian, tetapi juga melibatkan berbagai faktor lainnya, seperti metode pengajaran, pelatihan guru, dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.

***

Untuk melengkapi argumentasi saya di atas, berikut hasil penelusuran dan tinjauan saya dari tiga artikel jurnal ilmiah. Argumentasi saya tulis dalam bentuk opini berikut:

Tantangan dalam Menciptakan Pertanyaan Pilihan Ganda yang Adil dan Andal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun