Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Plagiarisme Tak Terlihat

17 September 2023   07:42 Diperbarui: 17 September 2023   07:51 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pencurian kode program atau source code. Foto: fancycrave1 dari Pixabay.

Suatu ketika, di sebuah perpustakaan besar di jantung kota, bisikan lembut bergema di antara deretan rak buku. "Kamu pernah dengar? Tulisan Rita sepertinya sangat mirip dengan tulisan Dina." Sambil berbisik, dua mahasiswa bergulat dengan ketakutan nyata akan plagiarisme yang terlihat. Saat itu, plagiarisme dapat diketahui dengan mata telanjang, oleh guru berpengalaman, atau teman yang pernah membaca karya aslinya.

Namun, beberapa dekade kemudian, kita telah memasuki era digital, di mana segala sesuatu berubah dan bermetamorfosis dengan cepat. Di era ini, alat seperti Turnitin memudahkan pendeteksian plagiarisme yang terlihat, seperti ketika seseorang dengan malas menyalin teks dari internet tanpa memberikan kredit. Namun, di balik bayang-bayang ada ancaman lain: Plagiarisme Tak Terlihat.

Bayangkan sebuah lukisan. Dalam keindahannya, ada ribuan garis, warna, dan emosi yang saling terkait. Sekarang, bayangkan orang lain mengambil ide tersebut, mengubahnya sedikit menggunakan perangkat lunak grafis, mengubah warna atau detail, dan mengklaimnya sebagai karya asli mereka. Ini adalah bentuk pencurian yang lebih halus, namun tetap saja pencurian.

Tidak hanya di bidang seni, juga di bidang teknologi, plagiarisme semacam ini merajalela. Diagram blok dan skema elektronik yang diperoleh dengan susah payah dan dibuat dengan penuh dedikasi dapat dengan mudah disalin, diubah, dan disajikan tanpa jejak asal usulnya. Bahkan kode pemrograman, yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk ditulis, dapat disalin, diubah nama variabelnya, atau bahkan diterjemahkan ke bahasa pemrograman lain. Itu penipuan yang licik, tapi tetap saja penipuan.

Sebagai pengguna internet, kita dibanjiri dengan banyaknya konten setiap hari. Sedihnya, di antara banjir tersebut, berapa banyak yang benar-benar asli? Di tengah gempuran informasi ini, plagiarisme yang tidak terlihat menjadi monster yang sulit dikalahkan. Hal ini bukan hanya karena disembunyikan, namun juga karena banyak dari kita yang tidak sadar atau acuh tak acuh.

Tapi apakah kita harus tetap pasif? Tidak, tentu saja tidak. Kita berada di ambang revolusi baru: era kecerdasan buatan, yang berpotensi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi jenis plagiarisme ini. Bayangkan sebuah sistem yang dapat mengenali kesamaan antar gambar, meskipun gambar tersebut telah dimodifikasi secara signifikan. Atau algoritma yang dapat membandingkan kode di berbagai bahasa pemrograman dan menemukan kemiripannya, meskipun telah diubah seluruhnya.

Tapi mari kita mulai dari diri kita sendiri sebelum kita mencapai titik itu. Plagiarisme, baik terlihat maupun tidak terlihat, merupakan cerminan integritas seseorang. Ketika kita mengambil alih konsep orang lain, kita tidak hanya memperoleh usaha mereka, namun juga menghilangkan pengakuan yang pantas mereka terima. Ini bukan sekedar tentang hukum atau etika, tapi tentang menghargai kerja keras, kreativitas, dan dedikasi seseorang.

Saat kita melangkah maju, mungkin selalu ada bayangan plagiarisme yang mengintai di balik kegelapan. Namun dengan kesadaran dan tekad kami, kami dapat mengejar bayangan tersebut hingga ke sudut tergelap, memastikan karya orisinal selalu mendapat pengakuan yang layak.

Terkadang, yang kita perlukan bukanlah alat yang lebih canggih, melainkan hati dan pikiran yang lebih jernih. Dunia di mana kita semua menghargai karya dan ide orisinal bukanlah mimpi yang mustahil. Semuanya dimulai dari diri kita sendiri, dari keputusan kecil untuk selalu jujur dan menghargai karya orang lain sebagaimana kita menghargai karya kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun