Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Stasiun Kertosono

7 September 2023   12:36 Diperbarui: 7 September 2023   14:45 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=102357878

Ali menatap jendela kereta, membiarkan pikirannya terbawa ke masa lalu saat kereta singgah di Stasiun Kertosono. Tiba-tiba, bayangan Hayati muncul, gadis cerdas yang selalu ada di sebelahnya, bukan sebagai sahabat, namun sebagai saingan.


Di setiap ujian, di setiap perlombaan, Ali dan Hayati selalu berada di garis depan, bergantian meraih posisi pertama. Bagi Ali, Hayati adalah tantangan hidup yang selalu mendorongnya untuk menjadi lebih baik. Tidak pernah ada momen di mana dia bisa bersantai, karena dia tahu Hayati selalu siap untuk mengambil alih.


Tapi ada sesuatu yang unik dalam persaingan mereka. Meskipun keduanya berkompetisi, ada rasa saling menghargai dan mengakui kemampuan satu sama lain. Ali sering berpikir bahwa tanpa Hayati, mungkin dia tidak akan sekuat ini. Hayati adalah api yang mendorong semangat Ali untuk terus berkobar.


Seiring perjalanan kereta, hawa dingin dari AC mulai meresap ke tulang. Ali merasa kedinginan, namun sebelum dia sempat meraih jaketnya, seorang pramugari dengan senyum ramah mendekat sambil membagikan selimut tebal. Ali menerima dengan ucapan terima kasih, selimut itu menjadi penghangat sempurna di tengah perjalanan panjang ini.


Namun, seperti semua cerita masa kecil, kehidupan membawa mereka ke jalan yang berbeda. Ali meneruskan pendidikannya, berkeluarga, dan membangun karirnya, sedangkan kabar tentang Hayati mulai meredup dalam ingatannya. Meski begitu, tiap kali dia meraih prestasi atau menghadapi kesulitan, bayangan Hayati selalu muncul, mengingatkannya tentang semangat kompetisi yang sehat dan dorongan untuk selalu menjadi yang terbaik.


Saat kereta melanjutkan perjalanannya menuju Jakarta, Ali merenung dalam-dalam, berharap bahwa suatu hari, takdir akan membawanya kembali bertemu dengan Hayati. Bukan untuk memulai persaingan kembali, melainkan untuk berbagi cerita, tawa, dan terutama, untuk mengucapkan terima kasih atas semua pelajaran dan inspirasi yang dia berikan.


Dengan selimut yang menghangatkan tubuhnya dan harapan di hatinya, Ali menutup matanya, membiarkan kenangan masa lalu membawanya ke dalam mimpi indah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun