Terkadang dongeng tidak dimulai dengan kalimat "Pada suatu hari", tetapi "Jika saya terpilih nanti, saya berjanji akan...".
Dalam menjalani hidup, kita sering kali diajari untuk membedakan antara kenyataan dan fiksi, antara fakta dan fantasi. Namun, garis pemisah antara kedua dunia ini kadang-kadang tidak sejelas yang kita kira. Cerita, dalam bentuk apa pun, memiliki kekuatan untuk membentuk cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Dari dongeng yang diceritakan kepada anak-anak sebelum tidur hingga janji-janji yang diberikan oleh para politisi, cerita memiliki kekuatan untuk memengaruhi dan menginspirasi. Melalui opini berikut, saya ingin mengajak kalian semua untuk merenung dan memahami lebih dalam bagaimana cerita, baik itu dongeng atau janji politik, memengaruhi pandangan kita tentang dunia dan bagaimana kita seharusnya meresponsnya.
Saya mencoba bergaya sebagai seorang penutur dongeng kepada anak-anak usia dini, bukan bermaksud “mengecilkan” para pembaca kompasiana, tetapi saya sengaja bernarasi agar substansi yang saya sampaikan bisa dimaknai dengan lebih mudah.
*****
Para adik-adik yang saya sayangi, dengarkan dongeng ini, sebuah kisah tentang dua dunia yang meskipun tampak berbeda, memiliki kesamaan yang tak terduga. Dengarkan dengan seksama, dan mungkin setelahnya, kalian akan melihat dunia dari perspektif yang sedikit berbeda.
Ah, kalian pasti tahu dongeng, bukan? Kisah-kisah penuh keajaiban, yang diceritakan sebelum kalian terlelap, kisah petualangan, makhluk ajaib, dan tentu saja, pelajaran hidup yang mendalam. Tapi, pernahkah kalian mendengar tentang janji politik? Bagi kalian, mungkin terdengar seperti cerita kompleks orang dewasa. Namun, percayalah, dalam banyak cara, itu adalah dongeng dewasa kita.
Sekarang, bayangkan jika awal dongeng kalian dimulai dengan kata-kata menawan seperti "Pada zaman dahulu kala". Sangat menarik, bukan? Hal ini bisa membuat seseorang benar-benar tenggelam dalam dunia imajinasi, dengan penuh antisipasi terhadap petualangan yang akan terbuka. Namun, orang dewasa memiliki cara khusus mereka sendiri untuk memulai cerita mereka. Mereka cenderung mengatakan, "Jika saya terpilih, saya berjanji untuk...". Meskipun pernyataan tersebut mungkin terdengar khas, kedua janji memiliki potensi untuk membangkitkan semangat dan membawa perubahan. Perbedaannya hanya adalah, dalam hal janji politik, seringkali ada periode tunggu yang panjang... dan menunggu... dan menunggu.
Pernahkah kalian menemui kisah yang begitu luar biasa sehingga tampaknya tidak mungkin? Seperti naga yang berbicara atau sepatu yang memberi Anda kemampuan untuk terbang melintasi langit? Hal yang sama dapat dikatakan tentang janji politik yang seringkali terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Namun, mengapa kita, muda dan tua, cenderung mempercayainya? Ini karena kita semua menghargai seni bercerita. Kita semua terpesona oleh kesempatan menawan yang mungkin muncul.
Sekarang, mari kita bahas tentang karakter-karakter dalam cerita menawan ini. Dalam dongeng, kita bertemu dengan penyihir jahat, pangeran tampan, dan hewan yang bisa bicara. Di ranah politik, kita melihat individu yang mungkin tampak berbeda, namun saat diteliti lebih dekat, mereka memiliki kemiripan dengan karakter dalam dongeng. Meskipun mereka mungkin tidak mengenakan jubah atau memakai mahkota, mereka memiliki kemampuan untuk mengubah dunia kita, atau setidaknya demikian klaim mereka.
Dalam setiap cerita yang baik, selalu ada klimaks, saat di mana semuanya menjadi intens. Dalam dongeng, mungkin saat pangeran mencoba menyelamatkan putri. Dalam politik, saat janji besar dibuat. Namun, seperti dalam dongeng, kita seringkali tertanya-tanya, "Apa yang terjadi selanjutnya?"