Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mesin Waktu

28 Agustus 2023   23:59 Diperbarui: 29 Agustus 2023   00:01 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mystic Art Design dari Pixabay 

Arya menatap foto lama yang berdebu. Wajahnya tampak sayu mengingat kenangan bersama Dewi, cintanya yang telah berlalu. Setiap bait lagu yang pernah mereka nyanyikan bersama kini terasa menusuk hati. Haruskah ia mengingat semua itu lagi? Kenangan tentang cinta yang tulus namun harus kandas di tengah jalan.

Hatinya merasa lelah dengan semua kenangan itu. Seandainya melupakan itu mudah, tentu dia takkan merasa seperti ini. Cintanya kalah, dihadapkan pada kenyataan bahwa tak semua cinta berakhir dengan indah. Arya sering berkhayal, jika saja ia memiliki mesin waktu, ia akan kembali dan mengubah semua takdir cinta yang telah ia pilih.

Suatu hari, saat Arya sedang berjalan di taman kota, ia menemukan sebuah buku tua dengan judul "Mesin Waktu". Isinya berisi tentang bagaimana seseorang bisa melalui waktu hanya dengan kekuatan pikiran. Arya mencoba dan tiba-tiba ia berada di masa lalu, saat pertama kali bertemu Dewi. Semua berjalan seperti dulu, dan Arya memiliki kesempatan untuk memilih lagi. Namun, Arya sadar bahwa takdir bukanlah sesuatu yang bisa diubah begitu saja.

Ia kembali ke masa kini dengan pilihan untuk merelakan Dewi. Arya memutuskan untuk melanjutkan hidup, menemukan kebahagiaan lain tanpa terjebak dalam masa lalu. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan Tara, seorang perempuan yang memiliki cerita serupa. Mereka saling menguatkan dan kini Arya merasa bahwa cinta bukanlah tentang memiliki, melainkan tentang bagaimana kita meresapi setiap momen dengan orang yang kita sayangi.

Ternyata, mesin waktu terbaik adalah hati dan pikiran kita. Terkadang, merelakan adalah jalan terbaik untuk menemukan kebahagiaan yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun