Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengukuhkan Kecerdasan Politik untuk Membentengi Demokrasi Indonesia

28 Agustus 2023   07:21 Diperbarui: 6 September 2023   13:15 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Memilih kandidat saat Pemilu. (Sumber: Pixabay/Wilfried Pohnke)

Pemilu, sebagai puncak demokrasi di Indonesia, merupakan momentum penting bagi masyarakat untuk menentukan arah kebijakan nasional dalam lima tahun ke depan.

Di tengah gelombang partai-partai politik yang berkoalisi, masyarakat Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk memilah dan memilih dengan kecerdasan politik.

Ketika kita melihat definisi koalisi menurut KBBI — kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara mayoritas di parlemen — kita melihat esensi dari kerja sama. 

Sejauh mana kerja sama tersebut didasarkan pada kesamaan visi dan misi? Fakta menunjukkan bahwa koalisi seringkali terjadi bukan karena kesamaan ideologi tetapi karena kalkulasi pragmatis untuk memenangkan kursi dan kekuasaan.

Dalam dunia politik, sulit menemukan kawan atau lawan yang tetap. Situasi dapat berubah berdasarkan kepentingan. Namun, penting untuk diingat bahwa kepentingan partai politik tidak selalu sejalan dengan kepentingan masyarakat.

Masyarakat memilih partai politik berdasarkan visi, misi, dan program yang dijanjikan saat kampanye. Jika sebuah partai politik dengan mudah menggadaikan prinsipnya demi kepentingan jangka pendek, maka itu adalah pengkhianatan terhadap konstituennya.

Menariknya, fanatisme dalam dunia sepak bola jauh lebih konsisten dibandingkan dengan politik. Seorang penggemar klub sepak bola, misalnya, akan tetap setia pada timnya, meskipun tim tersebut sedang tidak dalam performa terbaik.

Ini menunjukkan bagaimana loyalitas yang otentik dan konsisten bisa ada ketika ada rasa bangga dan identitas yang kuat. Sayangnya, hal ini seringkali tidak terjadi dalam ranah politik.

Kemudian, ada persoalan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), yang seringkali menjadi topik hangat dalam pemilu di Indonesia. SARA seharusnya menjadi kekayaan dan perekat bangsa, bukan alat untuk memecah belah.

Namun, dalam praktiknya, isu SARA seringkali dimanipulasi oleh beberapa partai politik untuk memanen suara. Ini adalah strategi yang sangat berbahaya yang dapat mengikis keutuhan bangsa dan menghancurkan dasar-dasar demokrasi.

Masyarakat harus cerdas. Kita harus mampu melihat lebih dalam dan memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik tirai politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun