Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siesta atau Tidur Qailulah: Tinjauan Ilmiah

27 Agustus 2023   14:32 Diperbarui: 27 Agustus 2023   14:46 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Terry dari Pixabay

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep Health, sebagaimana dikutip oleh Tim Dowling di The Guardian, mengungkapkan bahwa tidur siang rutin memiliki kaitan dengan volume otak yang lebih besar. Meski studi tersebut tidak secara eksplisit mencatat manfaat kognitif spesifik, penelitian lain mengindikasikan bahwa tidur siang singkat bisa berdampak positif terhadap fungsi kognitif.
Profesor Michael Chee, direktur Pusat Kesehatan Otak dan Kognisi di Universitas Duke-NUS, memberikan perspektif terhadap fenomena ini. Menurutnya, "tidur siang yang singkat dapat mempengaruhi konsolidasi memori dan memperbaiki kinerja kognitif. Namun, durasi dan waktu tidur siang sangat penting untuk mendapatkan manfaat ini." Tidur siang yang berlangsung lebih dari 30 menit mungkin memiliki efek samping, termasuk gangguan sementara fungsi kognitif dan risiko obesitas, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian lain.
Dalam konteks praktis, banyak perusahaan modern, seperti Google, telah mengintegrasikan ruang tidur atau "pod" tidur ke dalam kantor mereka untuk mendukung tidur siang. Mereka menganggap bahwa tidur siang mampu meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Namun, ada beberapa tantangan yang perlu ditangani. Salah satunya adalah potensi peningkatan risiko obesitas karena tidur siang yang berlebihan, dan fakta bahwa tidur siang mungkin merupakan gejala dari kurang tidur di malam hari.
Tidur siang juga memiliki tempat penting dalam tradisi agama dan budaya. Dalam Islam, misalnya, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa tidur siang, atau tidur qailulah, adalah praktek yang dianjurkan. Tidur siang ini, yang biasanya dilakukan sebelum shalat Dhuhur, tidak hanya memberikan istirahat fisik, tetapi juga manfaat spiritual dan mental.
Melihat data dan pendapat ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tidur siang memiliki manfaat kognitif potensial. Namun, praktik ini harus dilakukan dengan bijak, mempertimbangkan durasi dan waktu tidur siang agar tidak menimbulkan risiko kesehatan. Perlu ada keseimbangan dalam melakukan tidur siang, mengingat manfaat dan risikonya. Sejalan dengan pernyataan ini, Dr. Rebecca Robbins, seorang peneliti tidur di Brigham and Women’s Hospital, menyarankan bahwa "untuk mendapatkan manfaat terbaik dari tidur siang, disarankan untuk tidur siang tidak lebih dari 20 menit di tengah hari."
Secara umum, tidur siang bisa menjadi tambahan yang berguna untuk rutinitas sehari-hari, asalkan diatur dengan benar dan digunakan sebagai tambahan, bukan pengganti tidur malam yang cukup. Dalam konteks ini, penelitian dan panduan lebih lanjut tentang praktik terbaik untuk tidur siang mungkin sangat berguna bagi individu dan organisasi yang ingin memanfaatkan manfaat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun