Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Film

Tentang Film "Bumi Manusia"

21 Agustus 2019   22:50 Diperbarui: 21 Agustus 2019   22:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah sudah berapa lama saya membaca novel ini, tapi karakter tokoh-tokohnya tetap lekat dalam ingatan. Tentu saja ketika mendengar novel ini mau difilmkan, saya menjadi berharap-harap cemas, apakah sesuai dengan gambaran imajinasi saya yg sangat detail diceritakan oleh Pramudya? Apakah karakter tokoh2 nya seperti yg tergambar dikepala saya? Harap harap cemas itu semakin kuat ketika Tokoh Minke diperankan oleh Iqbal yang sudah lekat dengan Dilan yg ABG banget...

Pertanyaaan-pertanyaan yg muncul dibenak saya itu akhirnya terjawab sudah, setelah menonton film yg disutradarai oleh Hanung ini dengan durasi 3 jam. Selama ini saya merasa bahwa  film yang disutradarai oleh Hanung lebih mementingkan selera mayoritas penonton yg menyukai kisah asmara daripada substansi cerita, misalnya pada film Habibie ainun, dan beberapa dan tokoh sejarah lain. 

Namun kali ini lain, Kisah bumi manusia yang sangat padat itu hampir tak terpenggal sedikitpun sampai durasinya 3 jam. Keseriusan berikutnya adalah bahasa yg digunakan ada 3, belanda,  Melayu dan Jawa. Entah berapa lama para aktornya belajar bahasa Belanda yg begitu sulit itu. Keseriusan Hanung dalam membuat film ini juga terlihat dari kemampuan menghadirkan suasana akhir abad 19 di Jawa saat itu.

Saya kemudian puas dengan film ini karena karakter tokoh-tokohnya seperti Nyai Ontosoroh sebagai perempuan yg keras karena ditempa derita dan terpelajar sesuai dengan ekspektasi saya. Pun juga Anelis yg cantik jelita nan lugu, Surhoof dan Robert yg sombong juga sesuai ekspektasi saya. Tinggal Minke yg diperankan oleh Iqbal yg terus meragukan saya... namun akhirnya saya mengakui bahwa Iqbal menaklukkan peran ini dengan baik.

Saya memberi apresiasi pada film ini yg memberikan suasana abad 19 yang begitu hidup, sehingga pesan novel tersampaikan dengan baik. Tentang diskriminasi pribumi oleh kolonial, tentang pencarian jati diri Minke, dan semangat perjuangan Nyai Ontosoroh. Merugilah anda yg melewatkan menonton karya besar ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun