Film Melawan takdir yang diangkat dari novel Melawan takdir adalah kisah nyata perjuangan hidup Prof. Hamdan Juhanis. Prof. Hamdan adalah Professor termuda di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) yang meraih jabatan guru besarnya pada umur 37 tahun. Pendidikan S2 di Kanada dan pendidikan S3 di Austalian National University (ANU). Sekarang beliau menjabat sebagai wakil rektor IV di UINAM.
Film ini mengisahkan perjuangan beliau sejak kecil yang yatim dan terbelenggu dengan kemiskinan di Mallari Bone. Tinggal digubuk yang sangat sederhana bersama ibu, nenek dan saudaranya. Banyak nostalgia masa kecil yang pernah dilalui Hamdan dikisahkan disini. Badan yang ceking dan kurang gizi sehingga selalu tertinggal bersama teman-temannya, terbentur saat berenang, kecelakaan traktor sampai berak celana di sekolah (ha...ha...).Â
Namun semua keterbatasan itu tidak menghalangi Hamdan Kecil untuk terus menuntut ilmu. Badannya yang ceking ternyata memuat otak yang encer. Keterbatasan ekonomi mampu dilaluinya meski harus membantu ibunya menjual kue disekolah, ibunya menjadi penenun kain dsb. Semangat Hamdan untuk menuntut ilmu juga didukung oleh keluarga dan kerabat disekitarnya menjadi faktor kunci kesuksesannya.
Ada banyak hal mengapa film ini sangat mengasyikkan untuk ditonton, yang pertama film ini sukses menghadirkan nostalgia masa kecil di kampung diera 70an-80an.Situasi -situasi keterbatasan masa lalu dengan tidak adanya listrik, fasilitas sekolah yang terbatas tersampaikan dengan baik. Â Suasana pedesaan di Mallari kec.Â
Awangpone yang masih asri dengan suasana kekerabatan dan kebahagiaan anak-anak yang bermain disore hari membuat kita rindu dengan suasana ini dimasa lalu. Khususnya bagi saya dan mungkin banyak orang yang lahir dan besar dengan suasana kampung. Â Â
Yang kedua, film ini juga sukses mengaduk-aduk perasaan penonton antara haru dan gembira, tawa dan tangis dengan hadirnya tokoh rekaan kannacong yang menjadi teman bermain anak-anak. juga sebagai tokoh yang memediasi imajinasi hamdan tentang masa depan. Peran kannacong yang kocak dan sering dipermainkan anak2 benar-benar sukses mengocok perut.
Selain mengasyikkan, film ini juga memiliki pesan moral yang sangat kuat sebagai motivasi bagi generasi muda untuk tidak mudah menyerah dalam mengajar cita-cita. Film ini adalah film pendidikan seperti laskar pelangi, denias atau 5 menara.Â
Namun kelebihan film ini peran masyarakat lebih nampak dalam membentuk karakter Hamdan kecil. Nenek, Ibu, Kerabat, Guru dan ustadz semua mendukung untuk memuliakan ilmu, sehingga keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang kesuksesan.Â
Masyarakat di Kabupaten Bone yang memegang teguh adat dan agama secara sinergis meembentuk karakter anak-anak seperti hormat pada yang lebih tua, mengutamakan sopan santun, hormat pada guru sehingga menjadi modal yang besar meniti cita-cita. Mungkin inilah sebabnya mengapa Bone banyak melahirkan tokoh dipentas nasional
Film ini juga menyampaikan pesan yang dalam tentang persepsi takdir yang keliru dimasyarakat kita yang cenderung jabariah (nerimo). Pandangan bahwa kemiskinan adalah takdir tuhan yang tidak bisa berubah dan harus dijalani masih banyak dimasyarakat kita. sudah banyak penelitian yang menunjukkan pandangan hidup jabariyah salah satu penyebab lemahnya motivasi dalam meraih kesuksesan.Â
Padahal Allah SWT memberikan kita potensi dan kehendak yang bisa dioptimalkan sehingga kita bisa melakukan pilihan-pilihan dalam hidup. Sukses dan Gagal adalah konsekwensi dari pilihan -pilihan kita. Bahkan Allah mempersilahkan kita untuk memilih apakah mau beriman atau kafir dengan segala konsekwensinya.