Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Hoegeng dan Polisi Saat ini

11 April 2009   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:13 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kick Andy beberapa minggu lalu mengulas seorang  tokoh yang (sebelumnya) menurut saya biasa-bisa saja, mungkin karena kurang disorot oleh sejarah. terus terang saya hanya pernah mendengar namanya beberapa kali secara samar-samar sebagai seorang tokoh Kepolisian Republik Indonesia.

Almarhum Hoegeng Iman Santosa adalah mantan KAPOLRI yang oleh teman -teman dekat dan keluarganya dikenal sebagai seorang sosok yang sederhana, Jujur, tegas dan sangat mencintai tugasnya sebagai seorang Polisi. Seorang sosok yang sangat ambivalen dengan citra Polisi kita hari ini. mungkin karena ambivalensi inilah sehingga  menariki perhatian saya.

Dalam perbincangan dengan istri, anak- anak  serta rekan -rekan kerjanya, kejujuran dan ketegasan dalam menjalankan tugas dan dirumah sangat terasa. Salah satu kejadian yang menunjukkan integritasnya adalah  saat Pak Hoegeng diangkat menjadi KAPOLDA di medan, rumah dinas beliau sudah diisi dengan perabot oleh pengusaha disana (mungkin ini adalah kebiasaan yang dianggap lazim di kepolisian) tetapi pada saat sampai disana beliau minta rumah dinasnya dikosongkan kecuali dari barang-barang  inventaris. Pengalaman lain, seorang pengusaha mengirim 2 sepeda motor kerumahnya, beliau meminta sepeda motor tersebut kembalikan, meskipun anak-anaknya sangat ingin punya motor pada saat itu. Juga pada saat anaknya mendaftar AKABRI, jangankan dibantu, justru beliau tidak memberi ijin secara tertulis kepada putranya sehingga tidak lolos.

Menjadi KAPOLRI yang jujur dan tegas DI ERA ORDE BARU, bukannya mendapat apresiasi yang besar dari Suharto. Justru Pak Hoegeng dipaksa untuk meletakkan jabatan, menurut issu yang beredar saat itu Pak Hoegeng tdk mau menghentikan pengusutan import mobil mewah yang melibatkan pengusaha yang dekat dengan cendana. Pak Hugeng sempat di tawari menjadi Duta Besar, tapi beliau menolak dan berkata, "saya didik di akademi kepolisian untuk menjadi seorang polisi,saya bukan diplomat".

Pensiun dalam usia yang relative masih muda, tidak memiliki rumah,kendaraan dan gaji sebesar Rp 10.000, (baru akhir-akhir ini direvisi menjadi 1 juta). Pak Hoegeng harus membiayai keluarganya dengan melukis.Karena dorongan idealismenya pula, pak hoegeng ikut menanandatangani "petisi 50" yang membuat dirinya betul-betul disingkirkan dan dipersulit kehidupannya oleh rezim orde baru. Ia  tidak bisa tampil di public dan di cekal keluar negeri.

Saya sangat terkesima dengan idealisme dan integritas seorang Abdi Negara seperti Pak Hoegeng, yang tak pernah redup bahkan ketika harus berhadapan arus besar kekuasaan. Tentu sangat sulit menemukan sosok yang penuh integritas seperti beliau saat ini. Juga terhadap istri beliau yang dengan sabar mendorong suaminya untuk tetap teguh dalam pendiriannya ( bukankah banyak suami yang runtuh idealismenya karena desakan istri yang tak tahan menderita?).

Semoga Sosok Pak Hoegeng bisa mencerahkan kita semua terutama Polisi kita yang lagi sakit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun