Mohon tunggu...
Syahid Syukrie
Syahid Syukrie Mohon Tunggu... pegawai negeri -

my formula is amour fati ... not only to bear up under necessity but also to love it.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tim Pencari (bukan) Fakta

8 Januari 2012   15:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:09 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini negeri yang luar biasa. Tak ada yang bisa sembarangan mengumbar omongan, berita, atau apapun. Bangsa yang tercerahkan ini tak grasa-grusu dalam menyikapi sebuah persoalan. Biasanya, jika "ada kerikil dalam sepatu", ada tim yang dibentuk. Namanya macam-macam, Tim Gabungan Pencari Fakta, Tim Investigasi, Tim Pencari Kebenaran, Tim ..... sampai the A Team. Anggotanya orang-orang ber-IQ, EQ, ESQ di atas rata-rata. Tim reaktif itu dibentuk agar orang-orang tak berpendidikan, tak punya wawasan, tak banyak membaca, dan tak intelek seperti saya dibukakan mata hati dan pikirannya. Supaya tidak asal prihatin, menggugat, berkomentar, atau malah mogok makan.

Waktu kasus sontekan masal di sebuah SD jadi buah bibir, saya sok pintar ikut berkomentar. Eh, saya salah. Tim investigasi yang kompetensinya tak kalah dari Sherlock Holmes tak menemukan tanda-tanda jawaban yang dimanipulasi. Saya malu sendiri.

Untuk kasus lain juga begitu. Tragedi Mesuji, bencana lumpur di Jawa Timur, Century Gate dan gate-gate yang lain, maupun tragedi dan kasus lain yang akan datang pasti hasilnya lain daripada apa yang saya duga, rasa, dan cerna. Bahkan untuk tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di bumi kelahiran saya (Tragedi Sampit Februari 2001) apa yang disaksikan langsung oleh kami ternyata tak "signifikan" menurut kajian dan tinjauan tim ... lupa saya namanya saking hebatnya.

Jadi, saya sadar diri. Saya tidak akan sok berpendapat, mengeluh, apalagi memprotes suatu wacana yang tengah keras bergema. Saya mesti paham kapasitas intelegensi, emosional dan spiritual saya belum cukup untuk menoleh ke berbagai persoalan raksasa itu. "Syukurlah kalo insyaf," ujar istri menarik nafas lega. "Artinya bisa, nih, gantiin bohlam di dapur yang sudah putus 2 hari yang lalu."

Duh ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun