Mohon tunggu...
Syahid Syukrie
Syahid Syukrie Mohon Tunggu... pegawai negeri -

my formula is amour fati ... not only to bear up under necessity but also to love it.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kita adalah Nobita dalam Doraemon

8 Januari 2012   12:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Siapa yang tak kenal Doraemon? Si wajah bundar ini muncul di mana-mana: televisi, komik, layar perak, video game, mainan. Sejak kemunculannya pada Desember 1969, karya Fujiko F. Fujio ini sangat menghibur. Biasanya, serial robot kucing yang kupingnya copot tergigit tikus ini diawali dengan adegan Nobita yang pulang menangis. Ada masalah di sekolah dan atau lingkungan rumahnya. Doraemon pun memberi nasehat. Tapi, tak ada yang mempan. Si cengeng itu selalu mencari solusi instan. Entah karena iba dengan kesialan Nobita atau tergiur sogokan kue dorayaki kegemarannya, Doraemon mengeluarkan alat, ramuan, atau obat futuristik dari kantong ajaibnya. Lantas, tuntaskah masalah Nobita?

Sayangnya, dengan semua benda dari abad ke-22 itu, Nobita malah sering terjerumus dalam kesulitan yang lebih besar daripada sebelumnya. Jika bukan Nobita yang salah pakai atau salah guna, terkadang teman-temannya (biasanya Suneo, si manja dan licik dari keluarga kaya atau Gian, si gendut yang suka memeras) yang salah pakai dan salah guna setelah mencurinya dari sosok yang digambarkan serba kurang itu. Pada akhir cerita, biasanya ada balasan setimpal atas penyalahgunaan tersebut.

Salah satu puncak prestasi Nobita yang bersemayam dalam diri kita adalah mentahbiskan Bung Karno sebagai Presiden Seumur Hidup lalu menjungkalkannya “secara seksama.” Lalu, kita gegap gempita dalam Orde Baru dan tertekan di dalamnya. Prestasi puncak lainnya adalah mengkultuskan Pak Harto dan “dalam tempo yang sesingkat-singkatnya” menenggelamkannya dalam hujatan caci maki. Lantas, kita berpesta pora dalam euforia Era Reformasi untuk kemudian mengeluh berkepanjangan.

Sekarang si Nobita lagi sibuk dengan gadget baru: Pendidikan Anti Korupsi serta Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Maklumlah, banyak keprihatinan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, dan kehidupan politik yang tidak produktif.

Padahal, dulu Doraemon sudah mengeluarkan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang sangat fenomenal. Diproduksi oleh lembaga yang terdiri dari orang paling cerdas dan terhormat di bidang moral dan budaya di negeri ini. Marketingnya luar biasa kolosal didukung pendanaan yang sangat besar. Tak ada yang tak tersentuh: dari penjual koran sampai penjual kehormatan (kata Rhoma Irama).

Eh, mantra Ekaprasetya Pancakarsa itu dikebiri dan dijadikan ajang KKN. Eh, 45 jurus sakti mandraguna itu dipakai mengancam, menggertak, dan mempermalukan pihak lain yang kritis. Setelah Orde Baru tumbang, P4 ikut disalib. “Wahyu” berbentuk Tap MPR No XVIII/MPR/1998 menuding “materi muatan dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bernegara.” Contoh lain dalam skala lebih kecil berserakan di mana-mana.

Bosan dengan ulah bocah berkaca mata itu, Doraemon pun berkata, “Aku punya, lho, komputer super canggih. Sangat mirip kemampuan manusia.”

Nobita girang, “Canggihnya bagaimana?”

Kalau komputer itu disalahkan, ia bisa balik menyalahkan,” sahut robot kucing itu sambil cemberut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun