Banyak komentar tentang tulisan yang di posting di kompasiana. Untunglah, tulisanku belum pernah dikomentari TIDAK BERBOBOT. Tentu saja, karena tulisanku PASTI BERBOBOT. Ya, 100% BERBOBOT.
Bagaimana bisa dikomentari TIDAK BERBOBOT? Apapun yang ditulis tentunya diketik di keyboard. Agar bisa menekan keyboard dengan baik, jari jemari pastilah harus berbobot. Tanpa bobot tertentu, bagaimana mungkin tekanan itu bisa menginput karakter seperti yang kuinginkan? Kelebihan tekanan, misalnya dengan palu, alamat keyboard atau malah laptop yang angsuran cicilannya sering terlambat ini jebol. Jadi, bobotnya pas dan artinya BERBOBOT juga.
Belum lagi bobot alias daya listrik. Inipun harus dihitung juga. Karena PLN tak akan sudi membedakan apakah kita seorang kompasianer BERBOBOT atau TIDAK BERBOBOT, yang pentingan tagihan rekening listrik harus dibayar.
Banyak juga alasan kenapa TULISANKU PASTI BERBOBOT. Saat menulis ini, misalnya, istri sedang mengoreksi ujian semester mahasiswanya, di rumah sabun mandi habis, si mbok tercinta lagi pulang kampung. Kepalang tanggung, anaklah yang kebagian tugas membeli sabun itu. Agar urusan lancar (baca: tulisan ini rampung tanpa gangguan), aku harus memberi uang lebih di luar harga sabun. Bagaimana bisa tulisan ini dikatakan tidak berbobot?
Eh, si istri masih bersuara, "Tanya saja sana dengan para suami, istri, dan orang tua para kompasianer, pasti mereka ngomel dengan gaya kompasianer yang sok sibuk di depan komputer tapi kewajiban utama dilalaikan."
Nah, bagaimana mungkin, sekali lagi, ada yang mengomentari TULISANMU TIDAK BERBOBOT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H