Pola asuh otoriter merupakan pola asuh dimana orang tua cenderung sangat ketat, menuntut kepatuhan penuh dan  memberikan sedikit kebebasan pada anak untuk mengutarakan pendapatnya. Dalam pola asuh ini, orang tua menetapkan aturan yang sangat ketat, tidak memberikan ruang untuk dialog atau negosiasi. Hukuman seringkali digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan perilaku anak, namun dukungan emosional cenderung tidak diberikan. Dampak pola asuh otoriter terhadap perkembangan sosial-emosional anak usia dini dapat merugikan dalam beberapa hal.
- Kecenderungan memiliki rasa percaya diri yang rendah.
Anak-anak yang tumbuh dalam sistem pendidikan otoriter seringkali merasa tidak dihargai karena  tidak mempunyai kesempatan untuk bersuara dan mengutarakan pendapatnya. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan ketakutan  mencoba hal baru karena  takut melakukan kesalahan atau dihukum. - Kesulitan mengendalikan emosi.Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan otoriter seringkali tidak memiliki model yang tepat dalam menghadapi emosinya. Karena orang tua cenderung bereaksi keras terhadap kesalahan, anak mungkin belajar  menekan emosinya, yang pada akhirnya dapat menyebabkan ledakan emosi dan kesulitan menghadapi stres dan frustrasi yang berhubungan dengan gender
- Kurangnya keterampilan sosial.
Anak yang dibesarkan secara otoriter mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka terbiasa dengan aturan yang ketat dan seringkali tidak mampu beradaptasi dengan situasi sosial yang lebih fleksibel karena takut melakukan kesalahan. Anak-anak ini mungkin menjadi terlalu patuh atau, sebaliknya, menunjukkan perilaku agresif sebagai bentuk pembangkangan. - Tingkat kecemasan yang lebih tinggi.
Ketakutan akan hukuman atau reaksi negatif dari orang tua dapat menimbulkan kecemasan yang besar pada anak. Anak-anak ini selalu takut melakukan kesalahan atau tidak memenuhi harapan orang tuanya, yang pada akhirnya dapat menghambat perkembangan emosi yang sehat. - Hubungan orangtua-anak yang hangat akan berkurang.
Dalam pola asuh otoriter, interaksi antara orang tua dan anak sering kali bersifat formal dan penuh tekanan, bukannya hangat dan mendukung. Anak-anak mungkin merasa tidak dicintai atau tidak didukung secara emosional, yang dapat memengaruhi hubungan mereka selanjutnya dengan orang lain, termasuk kemampuan mereka untuk membentuk ikatan emosional yang sehat.
Secara keseluruhan, pola asuh otoriter dapat menghambat perkembangan sosial-emosional anak kecil dengan membatasi kemampuan mereka untuk bereksplorasi, mengekspresikan emosi, dan membangun keterampilan sosial yang penting. Dukungan emosional dan komunikasi terbuka adalah kunci untuk membantu anak-anak tumbuh  secara sosial dan emosional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H