Mohon tunggu...
Syahdilla syahdilla
Syahdilla syahdilla Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Difteri, Penyakit yang Sumbernya Tersebar Bebas di Udara

13 Desember 2019   14:15 Diperbarui: 13 Desember 2019   14:19 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan merupakan aspek yang amat berharga dalam kehidupan. Dengan kondisi kesehatan yang baik, seseorang dapat menjalani aktivitas di kehidupannya. Kesehatan yang baik dapat diperoleh dengan melakukan upaya-upaya menjaga kesehatan. Namun masih banyak yang sepele dengan pentingnya menjaga kesehatan. Sehingga masih saja terdapat masalah kesehatan dikalangan masyarakat.

Baru-baru ini terdapat kasus terjadinya penyakit difteri. Seperti yang dilansir dari Cnn.com, dr. Alwi Mujahit Hasibuan selaku Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara menyatakan penemuan penyakit tersebut sudah masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Penetapan ini terkait dengan temuan seorang Mahasiswi FK USU yang meninggal akibat difteri.

Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteria. Penyakit ini menyerang area hidung dan tenggorokan. Penyebaran dan penularan bakteri penyebab difteri ini berlangsung dengan mudah dan cepat. Difteri umumnya menyerang anak-anak usia dibawah 5 tahun dan lanjut usia diatas 60 tahun. Atau pada sebagian orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi difteri, gizi yang kurang baik, maupun tinggal di daerah yang lingkungannya kurang sehat.

Infeksi ini sangat mudah menular karena bakteri penyebabnya hidup dan menyebar di udara. Penularan dapat terjadi apabila menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi bakteri penyebab difteri. Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Yakni apabila memegang tisu bekas atau minum dari gelas penderita yang tidak dicuci.

Umumnya, gejala penyakit difteri akan muncul 2-5 hari sejak seseorang terinfeksi bakteri penyebab difteri. Biasanya akan  terbentuk lapisan berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel penderita. Gejala lain yang muncul yaitu demam,  sakit tenggorokan, batuk, sulit bernapas serta pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.

Dokter akan melakukan diagnosis dan pengobatan apabila muncul gejala atau tanda-tanda penyakit difteri. Penderita akan diberikan suntikan antiracun atau antitoksin difteri guna melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri penyebab. Untuk membunuh bakteri penyebab difteri dan mengatasi infeksi, dokter akan memberikan antibiotik.

Dilansir dari Alodokter.com, pencegahan difteri dapat dilakukan dengan vaksin lewat imunisasi DPT (Difteri,Pertusis,Tetanus). Biasanya diberikan sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan. Yaitu vaksinasi DPT pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan difteri adalah menghindari kontak langsung dengan penderita. Karena bakteri penyebab difteri dapat menyebar melalui partikel di udara, ada baiknya jika menggunakan masker. Selain itu menghindari difteri salah satunya dengan pola hidup bersih dan sehat. Kita harus memastikan lingkungan tempat tinggal benar-benar bersih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun