Tenis meja, sebagai salah satu cabang olahraga yang populer, tidak hanya mengandalkan keterampilan fisik, tetapi juga melibatkan aspek mental dan strategis. Konsep dualisme dalam tenis meja merujuk pada adanya dua entitas atau kubu yang saling bertentangan, yang dapat menyebabkan perpecahan dalam dunia tenis meja. Artikel ini akan membahas bagaimana dualisme ini muncul, dampaknya terhadap perkembangan olahraga, serta upaya untuk menyelesaikan konflik yang ada.
Sejarah Dualisme di PTMSI Dualisme dalam kepengurusan Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Sejak 2011, PTMSI terpecah menjadi dua kubu yang dipimpin oleh Peter Layardi Lay dan Komjen Pol (Purn) Oegroseno. Ketidakpastian ini mengakibatkan stagnasi dalam perkembangan tenis meja di Indonesia.Â
Dampak Negatif Perpecahan ini berdampak signifikan terhadap prestasi atlet. Banyak atlet yang tidak dapat berpartisipasi dalam turnamen internasional, termasuk SEA Games dan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Hal ini menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengalaman di tingkat yang lebih tinggi. Pembinaan Atlet Dualisme menghambat program pembinaan yang terstruktur. Dengan adanya dua kepengurusan, sumber daya dan perhatian terpecah, sehingga atlet tidak mendapatkan dukungan yang optimal.
 Partisipasi dalam Kompetisi Ketidakpastian dalam kepengurusan menyebabkan ketidakmampuan untuk mengirimkan atlet ke kompetisi internasional. Indonesia absen dalam beberapa edisi SEA Games dan PON, yang seharusnya menjadi ajang untuk menunjukkan kemampuan atlet.
Persepsi Publik Dualisme juga mempengaruhi persepsi publik terhadap tenis meja. Ketidakpastian ini dapat mengurangi minat masyarakat untuk berpartisipasi atau mendukung olahraga ini, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pendanaan dan sponsor. Intervensi Kemenpora Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah mengambil langkah untuk menyelesaikan konflik ini.
Menpora Dito Ariotedjo berkomitmen untuk memimpin proses normalisasi kepengurusan PTMSI dan membentuk federasi baru yang dapat menyatukan kedua kubu. Kesepakatan antara Pihak Dalam beberapa pertemuan, kedua pihak telah sepakat untuk menyerahkan penyelesaian konflik kepada Kemenpora. Ini menunjukkan adanya kemauan untuk berkolaborasi demi masa depan tenis meja Indonesia yang lebih baik.
Membangun Federasi Baru Rencana untuk membentuk organisasi baru sebagai induk utama tenis meja di Indonesia diharapkan dapat mengakhiri dualisme dan memfasilitasi pembinaan yang lebih baik bagi atlet.
Dualisme dalam dunia tenis meja telah
 menciptakan tantangan yang signifikan bagi perkembangan olahraga ini di Indonesia. Dengan adanya upaya penyelesaian yang dilakukan oleh Kemenpora dan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat, diharapkan tenis meja dapat kembali bersatu dan berkembang. Penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama demi masa depan yang lebih cerah bagi tenis meja di Indonesia, sehingga atlet dapat berkompetisi di tingkat nasional dan internasional dengan lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI