Mohon tunggu...
Syahda Qurrotul Jannah
Syahda Qurrotul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

Selama kita berada dijalan Allah. Maka tidak ada lelah dan airmata yang sia-sia

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kenaikan Harga BBM Picu Turunnya Daya Beli Masyarakat

25 Juni 2022   23:16 Diperbarui: 26 Juni 2022   01:39 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Invasi Rusia ke Ukraina mengakibatkan negara negara yang pro Ukraina diantaranya Uni Eropa dan Amerika memboikot produk-produk Rusia dan rencana untuk menghentikan impor minyak Rusia serta memboikot keuangan Rusia. Kemudian Rusia membalas dengan memboikot suplay minyak dan gas ke Eropa, Amerika dan Asia. Rusia sendiri merupakan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia, dan tahun lalu menyumbang sekitar 27 persen dari impor minyak Uni Eropa. Dampak dari pemboikotan tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan minyak. Tak hanya dari faktor konflik Rusia-Ukraina saja, tetapi juga ada kegagalan infrastruktur produksi di negara-negara penghasil minyak mentah. Padahal kebutuhan di negara-negara pengimpor minyak itu sangat besar. Krisis geopolitik Rusia-Ukraina telah membuat harga minyak dunia melambung tinggi di atas 100 dollar AS per barrel. Hal ini menyebabkan terjadinya inflasi, karena demand dan suplay tidak seimbang. Akibat inflasi, akan membuat defisit anggaran pemerintah. Guna menutup defisit, pemerintah menggali sumber-sumber pembiayaan salah satunya dengan menaikan harga BBM. Dampak dari kenaikan BBM menyebabkan pembiayaan pada sektor industri yang kiat meningkat. BBM jenis Pertalite atau RON 90 yang telah diputuskan pemerintah untuk menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP). Artinya, pertalite menjadi BBM yang distribusinya diatur pemerintah ke wilayah penugasan dan dapat disubsidi melalui skema pemberian kompensasi kepada PT Pertamina (Persero). Sedangkan BBM jenis pertamax tetap berstatus BBM non-subsidi. Itu berarti harga Pertamax akan mengikuti pergerakan harga minyak dunia, alias tidak disubsidi oleh pemerintah. PT Pertamina resmi menaikkan harga jual BBM jenis Ron 92 atau Pertamax menjadi Rp 12.500-Rp 13.000 per liter dari yang sebelumnya Rp 9.000-Rp 9.400 per liter. Kenaikan tersebut mulai berlaku pada 1 April 2022. Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati menyayangkan sikap masyarakat yang meributkan kenaikan harga jual Pertamax yang dilakukan Pertamina. Terlebih badan swasta lain menjual RON dengan jenis yang sama lebih mahal dibandingkan Pertamina. "Kita pahami kesulitan masyarakat tapi nggak bisa nanggung seluruhnya. Jadi mohon dipahami. Kompetitor Pertamina Rp 16.000 per liter pada ribut gak? Sama lho RON 92," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (6/4/2022).

       Jika harga Pertamax naik, otomatis masyarakat akan berpindah ke pertalite. Ini menyebabkan over kuota pada pertalite. Dan alhasil, BBM jenis pertamax mungkin hanya sedikit orang yang menggunakannya. Mayarakat yang menggunakan BBM jenis pertalite, seharusnya diwanti-wanti untuk tidak konsumtif memakainya atau terlalu sering. Karena, jika kita menerapkan hidup konsumtif, bisa saja persediaan minyak mentah semakin turun. Sudah seharusnya, jika pemerintah menaikan harga BBM pada saat perekonomian baru akan bangkit kembali, harus dibarengi dengan pemberian subsidi atau stimulus kepada masyarakat yang terdampak pada kenaikan BBM. Karena, jika tidak dibarengi pemberian subsidi akan menurunkan daya beli masyarakat. Pemerintah pun juga harus memperhatikan pemberian subsidi ini disalurkan dengan cepat kepada masyarakat yang membutuhkan dan pelaksanaannya pun juga harus bertahap agar semua subsidi bisa tersalurkan. Pemerintah juga perlu mengantisipasi agar tidak terjadi krisis minyak.

    Embargo yang diterapkan oleh Uni Eropa terhadap minyak Rusia pada Februari lalu telah menyebabkan produksi minyak mentah Rusia dan produksi kilang lebih rendah. Hal tersebut berdampak pada terganggunya aliran minyak di seluruh dunia dan mendorong harga minyak lebih tinggi. Tingginya harga minyak dunia juga berpengaruh pada harga minyak mentah Indonesia (ICP). Dalam kondisi darurat tersebut, pemerintah mengambil kebijakan yang tidak populis yaitu dengan cara menaikkan BBM. Namun, mengingat dampak yang terjadi akibat kenaikan BBM tersebut maka pemerintah mau tidak mau harus memberikan subsidi yang merata kepada masyarakat sekitar. Agar masyarakat yang tidak mampu, bisa menggunakan BBM tanpa adanya beban setelah harga BBM dinaikkan. Dan belum pasti juga kapan harga BBM akan kembali seperti semula, mengingat harga minyak mentah naik di beberapa negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun