Empat Pilar berbangsa dan bernegara yang belakangan ini intensif disosialisasikan oleh MPR RI. Sejatinya suatu hal yang memang perlu untuk diingat namun bukan cara yang strategis untuk merevitalisasi identitas kebangsaan dan azas bernegara mengingat istilah Empat Pilar (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD’45) semua nilai tersebut sudah dapat kita rujuk dalam Pancasila (sebagai asas bernegara).
Dengan sendirinya, istilah Empat Pilar justru mereduksi Pancasila sebagai asas (dasar) dengan menyejajarkan Pancasila dengan tiga nilai lainnya yang dikeluarkan dari tubuh Pancasila itu juga.
Bung Karno pernah menyampaikan bahwa Pancasila adalah Philosofische Grondslag, yaitu fundamen, filsafat, pikiran sedalam-dalamnya, jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal abadi. Dengan terang juga dikatakan ada lima prinsip yang mendasari Indonesia merdeka, yaitu: Kebangsaaan Indonesia, Internasionalisme atau kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lima prinsip inilah yang ditetapkan Bung Karno sebagai asas atau dasar mendirikan negara Indonesia merdeka.
Bukan penambahan itu pokok itu yang akan kita bahas. Â Sosialisasi Empat Pilar mungkin memang bertujuan baik namun penting untuk diperbincangkan kembali, sebab Pancasila sebagai Common denominator telah melewati sekian banyak tantangan dan perdebatan semenjak masa dirumuskannya serta masih akan terus menghadapi ujian di masa mendatang.
Maka sebagai asas bernegara ia selalu rentan terhadap ideologi yang berkembang, terhadap penafsiran dan bahkan kejemuan bangsa Indonesia sendiri untuk terus memperbincangkannya secara kontekstual. Terlebih kini kita semakin tidak asing dengan istilah Asymetric Warfare, yang menuntut kewaspadaan bahwa setiap celah dalam sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menghendaki redupnya kedaulatan Indonesia sebagai negara-bangsa.
Yuk, kita diskusi lebih lanjut tentang apakah 4 pilar ini mereduksi Pancasila di Seminarnya.
Tempat :
Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina
(Jl. Gatot Subroto Kav. 97 Mampang Jakarta Selatan)
Waktu :
Senin, 30 September 2013 Pukul 12.30
Sambutan :
Anies Baswedan (Rektor Univ Paramadina jakarta)
Pembicara :
Rachmawati Soekarno Putri (Yayasan Bung Karno)
Prof. Muchtar Pabotinggi (Peneliti Utama Bidang Perkembangan Politik Nasional)
Irgan Chaerul M
Moh. Subhi Ibrahim (Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina)
Moderator :
Aan Rukmana (Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina)
Info lebih lanjut dan pendaftaran, hubungi Joko 085692933324.
***
Sampai ketemu di Kampus Paramadina. ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H