Mohon tunggu...
Syaharani Putri Salsabila
Syaharani Putri Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah 2022 STKIP Muhammadiyah Kuningan

Hobi saya bernyanyi dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal Muasal Sukamulya dan Budaya yang Harus Dilestarikannya

25 Juni 2024   12:10 Diperbarui: 25 Juni 2024   12:16 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara bersama Bapak Kusnadi, S.SI. (Lurah  Sukamulya) - Dok. Pribadi

Nama Sukamulya awalnya dikenal sebagai Cipanas. Sebelum tahun 1740, Cipanas merupakan Cantilan dari Dayeuh Cigadung. Cipanas yang merupakan Cantilan menginginkan untuk memisahkan diri serta mengatur pemerintahannya sendiri.

Kejadian terjadi pada acara hajatan di Dayeuh Cigadung. Dimana seorang tokoh Cigadung mengundang tokoh dari Cantilan, karena tokoh dari Cantilan terlambat hadir dalam upacara tersebut, lalu makanan yang disajikan untuk tamu dari Cantilan, ketika akan dimakan berubah wujud menjadi mentah kembali. Seperti contoh, Bakakak ayam jago berubah kembali menjadi ayam jago yang kemudian berkokok. Demikian pula makanan yang lainnya berubah menjadi mentah.

Pada acara hajatan yang kedua dan masih di Dayeuh Cigadung, tokoh dari Cantilan diundang kembali ke acara tersebut. Namun, ketika akan menghadiri acara hajatan tersebut, para tokoh dari Cantilan sengaja membawa dua buah lesung, dan dengan kemampuan ilmu yang dimiliki oleh tokoh Cantilan tersebut, maka kedua lesung itu bisa berjalan dengan sendirinya, bahkan kedua lesung itu beradu dan mengeluarkan api, sehingga membuat panik seluruh masyarakat Dayeuh Cigadung. Setelah beradu, kedua lesung itupun kembali ke Cantilan dengan diiringi masyarakat Cantilan.

Dan pada suatu ketika di Cantilan mengadakan hajatan, maka tokoh dari Cantilan mengundang tokoh dari Cigadung. Tetapi, sampai tiga kali undangan pemberitahuan tersebut, tokoh dari Cigadung tidak datang juga. Karena jengkel, maka dikirimlah kembali utusan ke Dayeung Cigadung, dan akhirnya mereka hadir. Ternyata, tokoh Dayeuh Cigadung pernah merasa terhina oleh tokoh/masyarakat Cantilan yang memperlihatkan ilmu yang dimilikinya.

Singkat cerita, ketika tamu masih dalam perjalanan, masyarakat Cantilan segera menyembelih kerbau. Dan ketika tamu sampai di tempat hajatan, kerbau yang tadi disembelih masih sedang dikuliti. Kemudian, tamu dipersilahkan duduk di balandongan yang telah disediakan. Tetapi setelah beberapa saat, tiba-tiba kerbau yang sedang dikuliti itu hidup kembali. Lalu, mengobrak-ngabrik tamu dari Dayeuh Cigadung sehingga situasi menjadi kacau balau. Dan dari beberapa kejadian itulah, tentu menimbulkan perselisihan dan situasipun memanas.

Ada tafsiran di Cipanas terdapat sumber air panas, akan tetapi tidak ditemukan. Yang ada hanyalah hulu Dayeuh Cigadung, yaitu Cipanas/Cantilan. Dan tempatnya bernama Keramat Rama Ketib, yang terdapat batu tempat bertapa dan berkumpulnya para tokoh.

Sejak perkiraan tahun 1740 sampai dengan tahun 1950, nama desa Cipanas dipakai sebagai nama pemerintahan desa. Dan pada tahun 1951, desa Cipanas berganti nama menjadi desa Sukamulya, yang pada waktu itu pemerintahan desa dipegang Kuwu ke-12 yang bernama Sacadisastra. Adapun tiga calon nama desa tersebut ialah:

  • Margaluyu
  • Sukamulya
  • Sukamanah

Secara demokratis, nama Sukamulya disetujui serta dipilih oleh masyarakat dan diantara tokoh-tokoh masyarakat yang menyampaikan ketiga nama tersebut ialah:

  • Karnaatmaja
  • Admadinata
  • Danuwisastra
  • Sastraatmaja
  • Nitimiharja
  • Sunaryo
  • Sastradipura
  • Satjadisastra

Secara resmi, pada tahun 1981 pemerintahan desa berubah kembali menjadi Kelurahan Sukamulya, yang dijabat oleh seorang kepala kelurahan yang penunjukannya langsung oleh pemerintahan daerah tingkat kabupaten Kuningan. Kepala kelurahan Sukamulya yang pertama adalah bapak Muchtar. Yang menjabat sampai dengan tahun 1986. Sejak itulah, pemerintah kelurahan Sukamulya terlahir dan beberapa kali ganti pimpinan sesuai dengan peraturan pemerintah daerah tingkat II, yang harus terus berbenah menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan perubahan peraturan pemerintah pusat.

NAMA-NAMA KEPALA PEMERINTAHAN SEJAK PERKIRAAN TAHUN 1740

  • Jaga : Periode 1740-1768
  • Sela : Periode 1769-1792
  • Bangsajaya : Periode 1793-1812
  • Wangsanangga : Periode 1813-1830
  • Saimbang : Periode 1831-1851
  • Kertadirana : Periode 1852-1870
  • Sastrawinata : Periode 1871-1889
  • Kertasantana : Periode 1890-1924
  • Sastrawijaya : Periode 1925-1926
  • Sastrasimadja : Periode 1927-1934
  • Sastradipura : Periode 1935-1949
  • Satjadisastra : Periode 1950-1968
  • Rd. Wirasa : Periode 1968-1979
  • Suhyono : Periode 1979-1981
  • Muchtar : Periode 1981-1986 (Kepala Kelurahan Sukamulya yang Pertama)
  • Udin Tarpudin : Periode 1986-1990
  • Drs. Sofwan : Periode 1990-1994
  • Utari : Periode 1994-2008
  • Momon Saputra : Periode 2009-2012
  • Rd. Iwan AW : Periode 2012-Januari 2016
  • Yayat Hidayat, SE. : Periode Februari 2016-Mei 2023
  • Emod Ependi, S.IP. : Periode Juni 2023-November 2023
  • Kusnadi, S.IP. : Periode Desember 2023 s/d sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun