Saat sinar matahari mulai redup berganti malam, hidangan sudah menanti.Air mineral segar, butiran kurma, kolak pisang, nasi hangat, sayur bayam, goreng tahu-tempe, buah pepaya menggoda untuk segera menghilangkan lapar dan dahaga. Hidangan itu menyatu rasa saat berbuka puasa tiba, ditengah pandemi virus Coruna ( Covid -19 ) yang masih melanda.
Nyaris tidak ada yang tidak terdampak oleh Coruna pada kehidupan manusia.Tahun 2020 dipastikan menjadi tahun sulit selama pandemi ini belum berakhir. Pandemi Covid – 19 telah banyak memakan korban, ekonomi pun goyah menimbulkan masalah berat pada sektor keuangan.Diperkirakan wabah itu di Indonesia berlangsung hingga berbulan-bulan kedepan sampai ditemukannya vaksin.
Usaha untuk menghentikan pandemi diberlakukan langkah-langkah strategis, seperti dengan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ), namun kemungkinan belum bisa menjamin menghentikan pandemi Covid – 19 dalam waktu cepat. Langkah pembatasan ini harus dilakukan hati-hati dan cermat, sangat mengandung resiko, menimbulkan dampak negatif sosial – ekonomi banyak orang.
Yang sudah terjadi pemotongan gaji, merumahkan karyawan, terpaksa dilakukan untuk mengatasi agar keuangan perusahan tetap terjaga sampai kedaan pulih kembali.Langkah yang dilakukan itu berimbas memburuknya keuangan setiap orang.Buntutnya pengeluaran bisa jadi bengkak, mulai dari biaya makanan, listrik, dan biaya kebutuhan lainnya. Dan seketika itu pula menggores rasa, jadi cemas, khawatir, dan takut.
Bagaimana kebutuhan bisa tercukupkan bila pendapatan berkurang atau benar-benar mandeg ?
ATASI COVID DULU BERSAMA-SAMA
Jika wabah Covid – 19 ini segera dapat diatasi, maka persoalan krisis keuangan akan lebih rendah, namun sebaliknya bila penanganan pandemi lambat, ekonomi pun melambat, kondisi keuangan jadi mumet.Masalah ini tidak hanya di Indonesia, Covid – 19 sudah jadi musuh bersama bagi manusia diseluruh dunia.Cepat atau tidaknya mengatasi pandemi covid – 19 tergantung dari langkah upaya yang dilakukan kita.
Karena pendemi ini sudah merupakan pandemi global, maka seluruh manusia didunia ini harus berjalan bersama.Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa, Antonio Guterres atas nama PBB mendesak agar penemuan vaksin dipercepat. Dikutip dari Kompas ( 26/4/2020 ) Sekjen PBB Guterres mengatakan, dunia tengah menghadapi “musuh global “ yang berbeda. Menghadapinya membutuhkan kerjasama pada skala global.
Dalam pertemuan daring yang dijembatani oleh WHO beberapa waktu yang lalu di Geneva itu yang dihadiri juga oleh para wakil negara seperti Kanselir Jerman Angela Markel, Presiden Perancis Emmanuel Marcon, wakil negara Amerika Serikat dan wakil negara China tidak hadir dalam forum ini, Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa Antonio Guterres menegaskan meminta organisasi internasional, sektor swasta dan para pemimpin dunia untuk bergandengan tangan.
Persatuan negara-negara didunia sangat dibutuhkan, Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan “Kita menghadapi ancaman bersama yang bisa kita kalahkan dengan pendekatan bersama ".
Namun seiring upaya hadapi pandemi bersama ditingkat dunia, ada kekhawatiran oleh munculnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China ditengah keadaan pandemi. Ketegangan dipicu persoalan hegemoni di Laut China Selatan, kapal-kapal perang AS berlayar terus diperairan Laut China Selatan, mengabaikan larangan China disana.Laut China Selatan memang “sexy” menyimpan banyak potensi kekayaan mineral dan perikanan.