Setelah menumbangkan negara sesama Eropa, Swedia melenggang kebabak perempat final piala dunia 2018 mengalahkan Swiss 1- 0 berkat gol Emil Forsberg di babak kedua. Sampai lolos ke babak 8 besar semakin terlihat potensi Swedia sebagai tim dengan memiliki keunggulan yang bisa terus melaju sampai posisi tiggi di piala dunia di Rusia ini.
Tak terbantahkan pembuktian itu setetah melalui proses panjang dimulai dari babak kualifikasi, hingga sampai lolos ke piala dunia. Kemudian Swedia dipiala dunia secara bertahap sampai saat ini terus melaju ke babak perempat final.
Swedia bisa dikatakan salahsatu tim unggulan, sumber kekuatannya Swedia adalah permainan kolektif nya. Cara ini sebenarnya untuk menutupi karena Swedia rela kehilangan salah satu kekuatan yang sebelumnya ada, dari yang selalu digadang-gadang sebagai tokoh kunci timnas Swedia sang striker legendaris Zlatan Ibrahimovic.
Ketika Keputusan pelatih Janne Andersson untuk tidak lagi memasukkan nama Ibrahimovic sempat dikatakan satu kesalahan besar dan banyak mengundang kritik. Walau ada juga yang mendukungnya. Janne tak bergeming tetap pada keputusannya, terpenting baginya bagaimana tim asuhannya mampu bermain solid tanpa Ibrahimovic.
Bukan hanya pelatih yang enggan menerima Ibrahimovic kembali, beberapa pemain tampaknya setuju dengan keinginan pelatihnya itu yang tidak ingin Ibrahimovic itu membela Swedia di Piala Dunia. Salah satunya adalah kiper Blaugult, Karl-Johan Johnsson, dikutip dari ESPN dia menilai keberadaan Ibrahimovic dapat mengganggu kekompakan dan keseimbangan tim. Penjaga gawang Swedia ini mengatakan, kami bermain di babak kualifikasi dan berhasil lolos ke Piala Dunia 2018 tanpa dia. Dan saya pikir kami bisa bermain baik di Piala Dunia 2018 tanpa Ibra.
Permainan kolektif Swedia jadi sisi positif tanpa kehadiran Ibrahimovic di lini depan. Kerja sama antarlini yang jadi andalan Janne Andersson, didukung kegigihan pula yang membuat Swedia berhasil lolos ke babak perempat final. Semakin kokoh lah Swedia dikenal kini sebagai tim yang lebih mengandalkan kolektifitas bermain. Walau sebenarnya tidak sepenuhnya bila benar-benar dikatakan Swedia tidak memilik pemain spesial untuk menjadi pembeda seperti di era Zlatan Ibrahimovic kala itu.
Setelah terjadinya gol kegawang Swiss, dan akhirnya menjadi satu-satunya gol semata wayang Swedia untuk memenangkan pertarungan melawan Swiss 1-0 , gol dicetak oleh Forsberg, dan semua tertuju pada sosok Emil Forsberg sekaligus menyadarkan semua bahwa pemain inilah yang mengemban peran besar itu untuk Swedia saat ini.
Sampai babak perempat final terjawablah sebenarnya mengapa pelatih Janne Andersson “menyingkirkan” Ibrahimovic, keinginannya adalah memiliki kemampuan tim yang solid dengan mengandalkan kolektifitas, menghindari ketergantungan yang sangat pada pemain tertentu,yang malah nantinya akan melemah kan tim.
Tapi sang pelatih Jane sangat memahami dalam level permainan tingkat piala dunia yang dibutuhkan tidak hanya bagaimana bermain mengandalkan kekompakan tim saja, ditingkat level tinggi, perlu ada kejutan-kejutan yang hanya dapat dilakukan oleh pemain yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dan bisa menjadi figur, menjadi pembeda untuk menjaga kolektifitas tim, dan sosok pemain tipekal seperti itu memiliki energy lebih yang dapat mejadi inspirator tim.
Sudah jelas bukan sang striker legendaris Zlatan Ibrahimovic yang sudah menua, gelandang Foresberg lah yang berusia 26 tahun dengan kemampuan skill tinggi dan memiliki visi yang baik kemudian kini jadi pembeda tim Swedia. Dimata Janne Andersson, Emil Forsberg lebih muda dan segar. Ibrahimmovic pun pasti akan bangga dengan raihan tim negaranya walau hanya sebagai penonton untuk mendukung timnas Swedia di Rusia.
Oya..soal nonton bola jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda..