Insan sepak bola tanah air saya kira akan sepakat, bagaimana agar timnas kita bisa bangkit, coba telaah saja beberapa kisah yang dialami oleh tim nas sepak bola sebuah negara yang kemudian disegani. Semisal Jepang, atau Korea Selatan yang sesama dari benua Asia. Ya belajar pada yang telah sukses memang menjadi keharusan.
Pada kehidupan dunia lain juga  banyak kisah yang menginspirasi kala seseorang yang jatuh namun dengan segala daya upayanya membalikkan situasi, bangkit dari jatuh dan berjalan tegak meraih kesuksesan. Setidaknya dapat dipelajari jalur menuju keberhasilannya, ketika ditelusuri alurnya akan ditemukan persoalan yang menjadi titik lemah yang harus dibenahi. Itulah belajar dari kesalahan.
Seperti yang terlontar oleh salah satu punggawa timnas U 22 Febri Hariyadi yang harus melupakan keinginannya untuk tampil di putaran final Piala Asia U-23. Akan tetapi Febri meyakini ada hikmah yang bisa dipetik dari kegagalan yang diraih timnas Indonesia U-22. Dari hasil tidak memuaskan, mudah-mudahan kami dapat pembelajaran dari ini  ucap Febri. Kenapa tidak, belajarlah dari pengalaman sebelumnya, untuk menghadapi  laga di ajang yang terdekat berikutnya Sea Games di Malaysia.
Bila dilihat secara menyeluruh timnas ini sudah cukup mumpuni dengan segala yang dimilikinya sekarang. Mulai dari pelatih yang berkelas, pemain muda potensial dan dukungan lainnya. Tinggal bebenah dan mengeluarkan sekuat mungkin potensi yang ada selanjunya.
Sang koki pelatih Luis Milla berkomentar atas kegagalan anak asuhnya  katanya dari luar itu Milla melihat ada potensi dan energi kebangkitan terinpirasi dari perjalanan pemain timnas U 22 itu sendiri. Setelah Luis Milla  mengikuti perjalanan tim muda ini.
Saya sangat mendukung  apa yang dilontarkan Luis Milla itu, sebagai pelatih kawakan tentunya harus tetap bersikap positif walau mengalami kegagalan. Seberat apapun harus memulihkan  memompa semangat memunculkan kembali potensi dan energi yang ada untuk kebangkitan.
Menurut saya harapan Luis Milla bukanlah sesuatu yang musathil, bila dilihat dari kondisi semua anak asuh yang dimilikinya. Mereka adalah anak muda masih memiliki semangat untuk terus berkembang. Dan yang terpilih dari sekian banyak yang terbaik sebagai pesepakbola muda di tanah air.
Perjalanannya sampai finish menjadi pemain nasional tentuk sangat panjang dan berliku. Disini mereka memiliki bekal tidak hanya handal dari segi kemampuan bermain bola, tetapi semangat juang melakoni perjalanan sampai menjadi pemain timnas. Tidak mudahkan menjadi pemain pilihan timnas itu?
Nama Evan Dimas, Hansamu Yama, dalam perjalanannya pernah mengalami masa sulit namun berkat perjuangan dan keinginan yang kuat mereka bisa menjadi yang terbaik di tanah air.  Simak saja seperti  contoh sosok lain versi saya, salah satunya Gevin Kwan Adsit pemain jebolan Indonesia U 19 era Evan Dimas dkk, Gavin pernah  memperkuat tim nasional Indonesia U-16, U-17 . Kemudian absen selama kurang lebih dua tahun,
Gavin Kwan mengaku dirinya terus menempa diri dan bekerja keras demi bisa kembali memperkuat Timnas Indonesia. Menurutnya terakhir membela timnas adalah di level Timnas Indonesia U-19 dan setelah itu tak pernah dipanggil lagi.
Gavin Kwan Adsit termasuk pesepak bola yang bisa bermain di sejumlah posisi.Pertama kali dikenal sebagai seorang pemain tengah, Gavin juga sempat bermain sebagai striker dan bek.Ia mendapat kesempatan menjadi striker dan bek bersama Barito Putera yang membuatnya dipanggil Luis Milla untuk mengisi posisi bek kanan.