Mohon tunggu...
Syafrul Bandi
Syafrul Bandi Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

satu langkah dulu.. bandisyafrul@yahoo.co.id syafrulbandi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Menyentil, Jokowi Tunjukan Kenegarawannya

22 Maret 2016   04:50 Diperbarui: 22 Maret 2016   04:53 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - kompas.com"][/caption]

Sosok  Susilo Bambang Yodhoyono  atau SBY , menjadi pusat perhatian, seiring perjalanan nya mengelilingi pulau Jawa dalam kegiatan SBY Tour De Java  yang digelar Partai Demokrat sejak 8 Maret lalu. Tiba-tiba menjadi perhatian karena dalam perjalanan tur Jawa muncul gagasan pencalonan Ani Yudhoyono sebagai kandidat calon presiden dari Partai Demokrat . Gagasan pencalonan itu muncul ketika SBY dan Istrinya berada di Jawa Tengah. Wacana Ani sebagai calon presiden muncul sebagai topik populer dalam percakapan di dunia maya. Hal ini jelas mengimbas pada sosok SBY menjadi perhatian.

Dalam pejalanan Tour de Java, SBY pun menyentil pemerintah agar sebaiknya tidak menguras anggaran di sektor infrastruktur. SBY mengungkapkan pandangannya tentang infrastruktur di Pati, Jawa Tengah. Pernyataan SBY muncul ketika Jokowi mengagendakan kunjungan ke sejumlah proyek infrastruktur. Jokowi mengunjungi waduk seperti Waduk Gondang,Waduk Jatigede, dan  Jokowi meresmikan jalan tol Surabaya-Mojokerto seksi IV.

SBY menutup pejalanan tur Jawanya mengunjungi Jembatan Suramadu.  Dalam kesempatan itu SBY menceritakan bagaimana proses pembangunan Jembatan Suramadu yang melalui beberapa era pemerintahan.  Rancangan jembatan ini dimulai di era Pemerintahan Soeharto, disebut SBY, BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menristek ditugaskan untuk melakukan kajian. Tapi karena krisis datang tahun 1997 dan 1998, awal 1999 terhentilah semua ini.

Pembangunan Jembatan Suramadu terlupakan di era Presiden Gusdur dan ketika Habibie menjabat sebagai presiden. Saat pemerintahan Megawati, kelanjutan pembangunan pun kembali muncul. Tahun 2003 Presiden Megawati mulai membangun jembatan ini atau ground breaking. Terjadi pergantian Megawati kepada SBY akhir 2004. Setelah satu tahun pembangunan, akhirnya pekerjaan pun usai. Pertengahan tahun 2009, SBY meresmikan dibukanya Jembatan Suramadu.  SBY mengatakan "dulu dalam pidato saya, saya juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan dari pak Habibie, yang sebetulnya era Pak Harto saat itu. Kepada presiden Gusdur, presiden Megawati saya juga ucapkan terima kasih. Jenderal purnawirawan ini mengucapkan terima kasih kepada Megawati yang memulai ground breaking Jembatan Suramadu. Bahwa pada akhirnya SBY yang menyelesaikan, itu disebut sebagai upaya kerja bersama.

Tour De Java telah usai dan tur Jawa bersama  SBY ini menjadi “tidak biasa”, karena diringi “nyanyian” sentilan, berupa kritikan pada pemerintahan Jokowi. Bagaimana reaksi Jokowi untuk menanggapi kritikan itu, kita ketahui bahwa kunjungan Sang Presiden ke proyek era pemerintahan SBY Hambalang, boleh jadi merupakan jawaban langsung oleh Jokowi, ya dengan cara cukup datang saja ke Hambalang. Diakui bahwa Kritik Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo dan kunjungan Sang Presiden ke proyek mangkrak di Hambalang, merupakan dua peristiwa yang tidak dapat dipisahkan.

Pada kunjungan ke Hambalang itu, Jokowi mengaku sedih melihat kondisi proyek pusat kegiatan olahraga di Hambalang yang mangkrak pembangunannya akibat korupsi. Harus diselamatkan, Jokowi menekankan perlu dilakukan penyelamatan proyek tersebut sebagai aset Negara. Yang paling penting penyelamatan aset Negara. Kuncinya di situ dan arahnya akan ke sana. Pemerintah mempertimbangkan penyelamatan aset melalui berbagai cara.

Kunjungan Jokowi ke Hambalang tidak hanya untuk menjawab kritikan SBY saja, Jokowi pun sebagai kepala negara tertinggi telah menunjukan kenegarawannya mencoba untuk menyelamatkan aset negara. Seorang negarawan selalu memikirkan nasib bangsa dan negara sebagai suatu kesatuan yang utuh, serta tidak mementingkan secara pribadi/kelompok politiknya, namun mementingkan kepentingan bangsa di atas segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun