Mohon tunggu...
Syafrul Bandi
Syafrul Bandi Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

satu langkah dulu.. bandisyafrul@yahoo.co.id syafrulbandi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gonzales Yes, Naturalisasi No!

25 Februari 2016   13:14 Diperbarui: 25 Februari 2016   13:53 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Aksi Gonzales - TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA"][/caption]"Christian Gonzales ga ada habisnya", diusianya yang tidak muda lagi untuk ukuran pemain bola 39 tahun, el Loco masih membuktikan dirinya sebagai salah satu striker terbaik di tanah air. Baru-baru ini Gonzales menjadi top skor turnamen Bali Island Cup 2016. Dan membawa Arema juara diturnamen Bali Island Cup 2016 setelah mengalahkan Persib Bandung 1 – 0.

Raihan ini seperti menjadi pembuktian bahwa pemain naturalisasi masih bisa diperhitungkan dan eksis  disaat kondisi sepakbola tanah air tidak kondusif. Selain Christian Gonzales beberapa nama lain pemain naturalisasi yang masih malang melintang rekan Gonzales di Arema, Raphael Maitamo, kemudian di klub lain Irfan Bachdim , Jeffrery Kurniawan, Sergio Van Dijk, Victor Igbonifo, Greg Nwokolo, Stefano Lilipaly. Beberapa diantaranya berlaga di liga luar negeri.

Mustatafa Habibi Gonzales atau yang kita kenal Christian Gonzales ini, selama penampilannya di Indonesia sejak tahun 2003 hingga sekarang boleh dikata stabil. PSM Makasar adalah klub pertamanya di Indonesia. Kemudian Persik Kediri, Persib Bandung, Persisam Putra Samarinda dan Arema Malang menjadi persinggahan selanjutnya. Aksinya di liga Indonesia menjadi top scorer selama empat tahun berturut-turut. Rekor yang belum tertandingi hingga kini oleh pemain kita atau pemain asing.

Kemampuannya dibekali oleh pengalaman El Loco kala karir sepak bolanya dimulai dari klub Penarol Uruguay ( 1988 – 1991 ) South America (1994 – 1995) Huracan de Corientes Argentina ( 1997 ) dan Deportivo Maldonado ( 2000 – 2002 ). Pengagum Manchester United ini, kemudian pada tahun 2002, menerima tawaran dari agen sepak bola untuk bermain di Indonesia. Setelah berlaga di Indonesia, tak ada yang meragukan permainan dia. Setiap klub yang dibelanya serta pendukungnya banyak  diberi keuntungan dan kesenangan dengan kehadiran dia. Sampai akhirnya cita-citanya terwujud  menggunakan seragam sang Garuda Merah – Putih.
 
Perjalanan karir Gonzales tidak selalu mulus, Gonzales bermasalah dengan Emanuel de Poras striker PSIS Semarang, juga berurusan dengan wasit Rahmat Hidayat pada tahun 2007.  Gonzales diberi sanksi dilarang bemain selama setahun oleh Komisi Disiplin PSSI, akibat memukul bek PSMS Medan Erwin Hasibuan.  Kabarnya gara-gara hukuman ini, ekonomi keluarga Gonzales terpuruk
 
Setelah hukuman ini Gonzales malah sukses meraih top scorer pada musim kompetisi Superliga 2009 bersama Persib Bandung. El Locopun bersinar kembali. Membuktikan bahwa dia pantang putus asa. Dan kemudian dipanggil timnas Indonesia.

Christian Gonzales sebagai pemain naturalisasi memang telah memberi gairah sepak bola tanah air dan untuk tim nasional. Apa yang menarik dan harus dipetik dari sosok Gonzales ? Gonzales salah satu penyerang yang paling mematikan sepanjang sejarah kompetisi sepak bola Indonesia. Kemampuannya mencetak gol, penempatan posisi, visi permainan, dan sundulan adalah andalannya. Ia juga terkenal memiliki fisik yang prima.

Skill yang mumpuni dan mental baja. Mampu menjaga kekuatan tubuhnya hingga diusia nya yang ke 39 masih bermain trengginas. Sebagai perantau  perjuangan yang tak mudah, dengan rentang waktu yang cukup panjang 13 tahun di negeri sebrang ( Indonesia ) sampai hari ini masih dibilang salah satu pesepakbola handal di tanah air.

Kaitannya dengan naturalisasi, Gonzales salah satu pemain saat Indonesia terkena demam naturalisasi. PSSI bertekad meningkatkan kualitas timnas dengan mendatangkan 'pemain asing'. Naturalisasi merupakan keinginan PSSI saat dipimpin Nurdin Halid, untuk menciptakan timnas yang tanggguh. Tapi kebijakan itu nyatanya tidak seiring dengan prestasi tim Garuda.

Berbeda dengan Singapura sempat  menuai prestasi gemilang dengan skuat nya diperkuat para pemain naturalisasi Pada Piala AFF 2007. Dengan dukungan pemain impor ini, Singapura berhasil merebut gelar juara Piala AFF 2007. Atau kisah manis Jepang, pada tahun 1989, dengan menaturalisasi Ruy Ramos asal Brasil. Adanya pemain naturalisasi ini berhasil membawa Jepang menjuarai Piala Asia untuk pertama kalinya pada 1992.

Tak serupa dengan kisah pemain naturalisasi Gonzales asal Indonesia, bersama timnas belum dapat memenuhi harapan kita meraih prestasi tinggi. Sekalipun itu ditingkat Asia Tenggara. Christian Gonzales tidak gagal sebagai pemain sepak bola. Gonzales layak diberikan bintang, dan saya menaruh hormat dengan usaha dan kesabarannya untuk mendapat status WNI. Gonzales telah menunjukkan betapa dia ingin berjuang atas nama Garuda dan menjadi bagian dari bangsa kita

Yang gagal program naturalisasi,  belum mampu memberikan dampak positif bagi performa sepak bola Indonesia. Simpan dulu program naturalisasi, fokus pada pembinaan di tanah air (siapapun PSSI nya ). Karena kita tidak mau menanggung malu lagi, negara sebesar ini dengan  se “abrek” bakat pemain bolanya , disebut  tidak mampu membina pemain di negeri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun