Mohon tunggu...
Syafrul Bandi
Syafrul Bandi Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

satu langkah dulu.. bandisyafrul@yahoo.co.id syafrulbandi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepakbola Adalah Persatuan

8 Februari 2016   05:48 Diperbarui: 8 Februari 2016   15:41 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Gelora Bung Karno ( bola.net )

Sepakbola menjadi perekat  persatuan di tanah air. Melalui tim nas berderet pemain-pemain terbaik dari berbagai daerah atau etnis di Nusantara. Termasuk Etnis Tionghoa, dalam sejarahnya sepakbola Indonesia etnis Tionghoa memiliki peran. Bisa kita tengok sejak masa penjajahan Belanda terdahulu hingga 1960-an, sejumlah pesepakbola Tionghoa turut terlibat di sepakbola Indonesia.

Sejumlah nama seperti Chris Ong, Arief Kusnadi (Kiat Sik), Thio Him Tjiang, Peng Hong Alai, Thio Him Toen, Kwee Kiat Sek, pernah mewarnai sepakbola Indonesia.Kemudian pesepakbola Tionghoa yang namanya menjadi nama lokal seperti Endang Witarsa, Sartono Anwar dan putranya, Nova Arianto. Di era sekarang  walau jarang terdengar di panggung persepakbolaan Indonesia. Juan Revi merupakan pesepakbola keturunan Tionghoa yang terbilang sukses. Nama Arthur Irawan menjadi perbincangan sepakbola kita, kala kabar ia telah dikontrak Espanyol, kesebelasan yang bermain di La Liga. Arthur memang tak pernah bermain di tim utama, dan hanya sempat mencicipi Espanyol B, tapi keberhasilnya itu menjadi kabar yang menggembirakan.Tak ketinggalan sosok Sutanto Tan,  pernah setahun menimba ilmu di Geylang United, pesepakbola asal Batam tersebut akhirnya berlabuh ke Bandung bersama Diklat PBR, hingga Diklat Persib. Dan pernah dipanggil oleh Aji Santoso untuk seleksi timnas U-22.

Bila dibandingkan raihan prestasi  memang tidak seperti  atlet etnis Tionghoa yang betkiprah diluar sepakbola, seperti bulutangkis Rudy Hartono dan pasangan Alan Budikusuma-Susi Susanti, buku sejarah bulu tangkis Indonesia juga mencatat nama-nama besar lain seperti Tan Joe Hok, Lim Swie King, Verawati Fajrin, atau Ivana Lie. Dari cabang tenis, kita kenal Atet Wiyono, Wynne Prakusya, atau Angelique Widjaja yang pernah meraih juara Wibledon Junior. Ada juga Lavinia Tananta yang meraih medali emas tunggal putri pada SEA Games di Laos 2009. Di cabang bola basket, Sin Kim Lai Putra Blitar yang mengharumkan Indonesia lewat Basket, kemudian Hendri Pribadi, Denny Sumargo. Kita pun pernah mengenal Empie Wuisan dan Diana Wuisan di cabang tenis meja, Charlie Depthios di cabang angkat besi, atau Lamting di Taekwondo. Juga pernah ada perenang andal yang mengumpulkan sejumlah medali emas di SEA Gemas atas nama Nani Juliati.  Lalu, Anda juga mungkin tahu bahwa satu-satunya Juara Dunia Tinju Profesional Indonesia, Chris John, adalah juga keturunan Tionghoa. 

Seiring dengan persepakbolaan  kita menurun, seiring itu pula aksi pesepakbola etnis Tionghoa juga semakin jarang beredar di skuat timnas Indonesia. beda halnya sepak bola kita ketika masih  disegani dengan diperkuat diantaranya oleh pemain etnis Tionghoa. Dan dulu seperti di masa era bung Karno sesuatu hal  yang biasa dalam sepakbola, bersama  keturunan Tionghoa bermain sepakbola. Jika, melihat kenyataan sekarang  bahwa di sepak bola, orang Tionghoa semakin jarang beredar apalagi di skuat timnas Indonesia. Padahal, Indonesia membutuhkan pemain sepak bola andal dari berbagai daerah, suku bangsa, etnik, agama, serta gender, tanpa kecuali.

Jelas sejak dulu etnik Tionghoa pun banyak berperan dalam sepak bola Indonesia. Catatan sejarah  pemain timnas Indonesia ketika sukses menahan imbang Uni Soviet di ajang Olimpiade 1956, Tim nas diperkuat pemain-pemain tangguh keturunan Tionghoa,Kiat Sek Kwee,  Liong Houw Tan, EndangWitarsa, Sian Liong Phwa,  Tjiang Thio Him.Dan  pada masa itu timnas dengan sederet pemain-pemain keturunan tionghoa sangat disegani di Asia.

Lain dulu lain sekarang sepakbola tidak se “sexy”  bulutangkis, basket, renang dll. Bisa jadi karena pengaruh jenis olahraga yang lain lebih berprestasi dan lebih  bergengsi kemudian mendapatkan kenyamanan jika melakukan olahraga itu. Kemudian  mungkin saja ikatan emosional tanah leluhur pada negeri Tirai Bambu, dibanding sepakbola, disanapun bulutangkis, bola basket, renang lebih mentereng prestasinya sehingga menjadi panutan, motivasi atau inspirasi. Tidak menutup kemungkinan kala Tiongkok saat ini tengah merevolusi sepakbolanya, nantinya keberhasilan sepakbola Tiongkok, akan berimbas menjadi motivasi dan  inspirasi, mungkin saja berpengaruh membangkitkan gairah bagi potensi pemain sepak bola etnis atau keturunan Tionghoa di tanah air untuk lebih banyak lagi  berkiprah pada sepak bola Indonesia.

Dalam  reformasi  bangsa ini telah ditegaskan, reformasi adalah untuk persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia, apapun agamanya, sukunya, etnisnya, gender dan golongannya. Reformasi telah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk setiap warga negara Indonesia berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan.

Sudah terbukti, sejak dahulu etnis Tionghoa banyak berperan menjadi pahlawan-pahlawan olahraga Indonesia. Yang jelas, kita membutuhkan lebih banyak lagi atlet-atlet andal untuk semua cabang olahraga, untuk mengibarkan Sang Merah Putih dan mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, pada setiap ajang olahraga Internasional. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun